Sabtu, 14 Agustus 2010

WARNING! NOT ALL HYPERBARIC CHAMBERS ARE THE SAME!

PERKEMBANGAN HIPERBARIK DI INDONESIA

Terapi hiperbarik mungkin baru segelintir orang yang mengenalnya. Di Indonesia, pemanfaatna HBOT pertama kali oleh Lakesla yang bekerja sama dengan RS Angkatan Laut Dr. Ramelan, Surabaya, tahun 1960. Hingga saat ini fasilitas tersebut masih merupakan yang paling besar di Indonesia. Sementara di tempat lain telah tersedia pula fasilitas terapi oksigen hiperbarik, diantaranya adalah RSAL Dr Mintohardjo Jakarta,RS. JAKARTA, RSAL Halong Ambarawa, RSAL Midiato, RSP Balikpapan, RSP Cilacap, RSU Makasar, RSU Manado, RSU Sangla Denpasar, dan Diskes Koarmabar.

Dasar dari terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Teori Toricelli yang mendasari terapi digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm adalah 760 mmHg. Dalam tekanan udara tersebut komposisi unsur-unsur udara yang terkandung di dalamnya mengandung Nitrogen (N2) 79 % dan Oksigen (O2) 21%. Dalam pernafasan kita pun demikian. Pada terapi hiperbarik oksigen ruangan yang disediakan mengandung Oksigen (O2) 100%. Terapi hiperbarik juga berdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum Dalton, Boyle, Charles dan Henry.

Sedangkan prinsip yang dianut secara fisiologis adalah bahwa tidak adanya O2 pada tingkat seluler akan menyebabkan gangguan kehidupan pada semua organisme. Oksigen yang berada di sekeliling tubuh manusia masuk ke dalam tubuh melalui cara pertukaran gas. Fase-fase respirasi dari pertukaran gas terdiri dari fase ventilasi, transportasi, utilisasi dan diffusi. Dengan kondisi tekanan oksigen yang tinggi, diharapkan matriks seluler yang menopang kehidupan suatu organisme mendapatkan kondisi yang optimal.

Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) adalah terapi medis dimana pasien dalam suatu ruangan menghisap oksigen tekanan tinggi (100%) atau pada tekanan barometer tinggi (hyperbaric chamber). Kondisi lingkungan dalam HBOT bertekanan udara yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau di dalam ruang udara yang bertekanan tinggi (RUBT) yang dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun pengobatan penyakit klinis. Individu yang mendapat pengobatan HBOT adalah suatu keadaan individu yang berada di dalam ruangan bertekanan tinggi (> 1 ATA) dan bernafas dengan oksigen 100%. Tekanan atmosfer pada permukaan air laut sebesar 1 atm. Setiap penurunan kedalaman 33 kaki, tekanan akan naik 1 atm. Seorang ahli terapi hiperbarik, Laksma Dr. dr. M. Guritno S, SMHS, DEA yang telah mendalami ilmu oksigen hiperbarik di Perancis selama 5 tahun menjelaskan bahwa terdapat dua jenis dari terapi hiperbarik, efek mekanik dan fisiologis. Efek fisiologis dapat dijelaskan melalui mekanisme oksigen yang terlarut plasma. Pengangkutan oksigen ke jaringan meningkat seiring dengan peningkatan oksigen terlarut dalam plasma.

Mekanisme HBOT

HBOT memiliki mekanisme dengan memodulasi nitrit okside (NO) pada sel endotel. Pada sel endotel ini HBOT juga meningkatkan intermediet vaskuler endotel growth factor (VEGF). Melalui siklus Krebs terjadi peningkatan NADH yang memicu peningkatan fibroblast. Fibroblast yang diperlukan untuk sintesis proteoglikan dan bersama dengan VEGF akan memacu kolagen sintesis pada proses remodeling, salah satu tahapan dalam penyembuhan luka.

Mekanisme di atas berhubungan dengan salah satu manfaat utama HBOT yaitu untuk wound healing. Pada bagian luka terdapat bagian tubuh yang mengalami edema dan infeksi. Di bagian edema ini terdapat radikal bebas dalam jumlah yang besar. Daerah edema ini mengalami kondisi hipo-oksigen karena hipoperfusi. Peningkatan fibroblast sebagaimana telah disinggung sebelumnya akan mendorong terjadinya vasodilatasi pada daerah edema tersebut. Jadilah kondisi daerah luka tersebut menjadi hipervaskular, hiperseluler dan hiperoksia. Dengan pemaparan oksigen tekanan tinggi, terjadi peningkatan IFN-γ, i-NOS dan VEGF. IFN- γ menyebabkan TH-1 meningkat yang berpengaruh pada B-cell sehingga terjadi pengingkatan Ig-G. Dengan meningkatnya Ig-G, efek fagositosis leukosit juga akan meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada luka, HBOT berfungsi menurunkan infeksi dan edema..

Adapun cara HBOT pada prinsipnya adalah diawali dengan pemberianO2 100%, tekanan 2 – 3 Atm . Tahap selanjutnya dilanjutkan dengan pengobatan decompresion sickness. Maka akan terjadikerusakan jaringan, penyembuhan luka, hipoksia sekitar luka. Kondisi ini akan memicu meningkatnya fibroblast, sintesa kolagen, rasio RNA/DNA, peningkatan leukosit killing, serta angiogenesis yang menyebabkan neovaskularisasi jaringan luka. Kemudian akan terjadi peningkatan dan perbaikan aliran darah mikrovaskular. Densitas kapiler meningkat sehingga daerah yang mengalami iskemia akan mengalami reperfusi. Sebagai respon, akan terjadi peningkatan NO hingga 4 – 5 kali dengan diiringi pemberian oksigen hiperbarik 2-3 ATA selama 2 jam. Hasilnya pun cukup memuaskan, yaitu penyembuhan jaringan luka. Terapi ini paling banyak dilakukan pada pasien dengan diabetes mellitus dimana memiliki luka yang sukar sembuh karena buruknya perfusi perifer dan oksigenasi jaringan di distal.

Indikasi-indikasi lain dilakukannya HBOT adalah untuk mempercepat penyembuhan penyakit, luka akibat radiasi, cedera kompresi, osteomyelitis, intoksikasi karbonmonoksida, emboli udara, gangren, infeksi jaringan lunak yang sudah nekrotik, Skin graft dan flap, luka bakar, abses intrakranial dan anemia.

Prosedur pemberian HBOT yang dilakukan pada tekanan 2-3 ATA-90 dengan O2 intermitten akan mencegah keracunan O2. Menurut Paul Bert, efeksamping biasanyaakan mengenai sistem saraf pusat seperti timbulnya mual, kedutan pada otot muka dan perifer serta kejang. Sedang menurut Lorrain Smith, efek samping bisamengenai paru-paru yaitu batuk, sesak dan nyeri substernal.

HBOT Meningkatkan Sensitivitas Radioterapi
Penanganan kanker pada umumnya melalui tahapan terapi operasi, radioterapi, kemoterapi dan hormonal. Seiring perkembangan ilmu dan teknologi, oksigen hiperbarik dan herbal merupakan salah satu pilihan untuk meningkatkan sensitifitas efek radioterapi sehingga dapat membantu menekan angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup. Rumkital Dr. Ramelan Surabaya telah memiliki Instalasi Radioterapi dan Oksigen yang merupakan bagian dari unggulan fasilitas kesehatan.

Penelitian hubungan tekanan oksigen dengan radioterapi pada manusia sudah dimulai sejak tahun 1910 oleh Deche. Sedangkan menurut Guritno, yang pada saat diwawancarai masih menjabat sebagai direktur RSAL Dr Ramelan Surabaya, HBOT bermanfaat untuk meningkatkan sensitivitas sel tumor pada radioterapi. Karena pada kondisi hipoksia sensitifitas sel tumor menurun, sehingga dengan HBOT yang meningkatkan perfusi. Dengan demikian akan tercipta kondisi hiperoksia yang menyebabkan sensitifitas sel tumor meningkat. HBOT tentunya juga akan bermanfaat pada healing injury post radioterapi.

Studi dan telaah dilakukan seorang ahli HBOT muda, dr. Arie Widiyasa Sp.OG, Kabag KESLA RSAL Ilyas Tarakan, mengenai pengaruh HBOT terhadap kanker serviks. Kombinasi antara radiasi baik eksternal atau brachiterapi atau keduanya yang dikombinasikan dengan pemberian HBOT akan meningkatkan radiosensitivitas sel kanker serviks. Salah satu modalitas yang dapat dikembangkan saat ini adalah terapi dengan menggunakan oksigen bertekanan tinggi diberikan dengan tekanan 2,0 ATA, 2,4 ATA atau 3 ATA sebanyak 20 – 30 kali dapat dipertimbangkan walau harus tetap mempertimbangkan untung ruginya tindakan tersebut. HBOT dapat memperbaiki sensitivitas sel tumor, meningkatkan persentase angka survival rate, tak jelas dapat mencegah rekurensi atau menurunkan angka kematian. Dengan demikian komplikasi pemberian radioterapi dosis tinggi dapat dicegah sebelum kerusakan menjadi berat dan irreversibel.

Manfaat pada Pasien Post Radioterapi
Dewasa ini terapi radiasi dinilai cukup efektif untuk menangani beberapa kasus kanker yang tidak operable. Namun efek samping radiasi yang bersifat sistemik agaknya sulit untuk dihindari. Contohnya pada radioterapi pelvis yang akan menyebabkan rusaknya epitel, parenkim, stroma, vaskuler rektum dan berujung pada terbentuknya striktur dan fistula. Sayangnya pula terapi yang dilakukan terhadap efek samping tersebut sering tidak berhasil sehingga akan terjadi kerusakan komplek serta terbentuknya mediator yang menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, kemotaksis, demam, rasa sakit dan kerusakan jaringan. American Society for Therapeutic Radiology and Oncology membuat sistem scoring efek samping akut dan efek samping lama.

Menurut Dr. dr. Suyanto Sidik Sp.PD, ahli HBOT dari RSAL Dr. Mintohardjo, radioterapi akan memberikan efek samping seperti rusaknya epitel, parenkim, dan vaskuler dari tubuh. Manifestasi yang paling sering adalah timbulnya struktur dan fistel. Pada umumnya setelah 6 bulan akan terjadi hipoksia, hipovaskuler dan hiposeluler pada jaringan yang terpapar radiasi. Celakanya terapi efek samping ini seringkali gagal karena kerusakan komplek pada jaringan. Terdapat gangguan permeabilitas pembuluh darah, kemotaksis yang disertai manifestasi klinis demam dan nyeri. Terapinya tentu saja adalah dengan meningkatkan aliran darah ke daerah yang hipovaskuler tersebut. Jadi mekanisme penyembuhan luka untuk post radiasi adalah meningkatkan vaskularisasi, memperbaiki fungsi epitel, meningkatkan VEGF, mengatur sintesis dan lisis kolagen. HBOT meningkatkan aktivasi arginin yang berefek pada kolagen sintesis, dan mensupport kontraksi otot.

Sebagai contoh pengobatan HBOT pada injury radiasi dengan proktitis radiasi sebagai model. Efek samping dari terapi radiasi pada karsinoma rongga pelvis adalah proktitis radiasi. Efek samping ini bermanifestasi tergantung dari dosis, fraksinasi, luas dan teknik radiasi. Adanya riwayat radioterapi pelvis biasanya ditandai dengan gejala : sakit perut, diare, anorexia, dan mual. Pada pemeriksaan rekto-sigmoidokopi didapatkan erythema, edema, teleangiektasis, erosi, bahkan ulkus. Pada pemeriksaan PA diketahui adanya sebukan sel radang diikuti gambaran histologik lamina propia terhialinisasi, sub mucosa fibrotik, ektasia vaskuler, nekrosis fibrinoid yang dibandingkan dengan pembuluh darah fibroblas atipik. Gejala yang merupakan manifestasi dari efek samping akut ini biasanya muncul dengan frekuensi 50 – 70 %. Sedangkan efek samping lanjutan umumnya bermanfest dengan sakit perut, tenesmus, dan hematochezia. Gejala efek samping jenis ini biasanya hanya timbul 2,5 – 25 %. Efek yang lebih berat lagi apabila gejala efek samping tersebut disertai dengan diare lendir dan darah.

Pada kanker nasofaring yang mendapat radioterapi, HBOT dapat berguna untuk pencegahan terjadinya mandibular necrosis. Pada kanker leher rahim dan kanker prostat yang mendapat radioterapi HBOT bisa untuk prevensi radiosistitis. Pasien Face-off, Lisa, yang sempat menghebohkan dunia bedah plastik sebelum ini, sempat membuat pusing para dokter yang merawatnya karena kecenderungan nekrosis flap hasil pemindahan. Atas saran Guritno, Lisa akhirnya diterapi HBOT, dan hasilnya cukup baik. Kulit yang sebelumnya ditakutkan akan nekrosis menjadi pulih kembali.


Oksigen Hiperbarik
Ketika oksigen dihirup pada konsentransi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atosfir, udara pada keadaan ini pertimbangkan sebagai obat. Berdasarkan definisi ini oksigen hiperbarik kemudian dipastikan sebagai obat dan dapat dipergunakan dalam suatu terapi. (1)
Terapi oksige hiperbarik merupakan bentuk pengobatan, penderita harus berada dalam ruangan bertekanan dan bernafas dengan oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar daripada udara atmosfir normal, yaitu sebesar 1 atm (760 mmHg). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau berada dalam ruangan udara bertekanan tinggi (hyperbaric chamber) yaitu suatu ruang kedap udara terbuat dari perangkat keras yang mampu diberikan tekanan lebih besar dari 1 atm (ruang kompresi) beserta sumber oksigen dan sistem penyalurannya ke dalam ruang rekompresi tersebut.
Dua efek penting yang mendasar pada terapi oksigen hiperbarik adalah: (11) Efek mekanik meningkatnya tekanan lingkungan atau ambient yang memberikan manfaat penurunan volume gelembung gas atau udara seperti pada terapi penderita dekompresi akibat kecelakaan kerja penyelaman dan gas emboli yang terjadi pada beberapa tindakan medis rumah sakit. Efek peningkatan tekanan parsial oksigen dalam darah dan jaringan yang memberikan manfaat terapeutik: bakteriostatik pada infeksi kuman anaerob, detoksikasi pada keracunan karbon monoksida, sianida dan hidrogensulfida, reoksigenasi pada kasus iskemia akut, crush injury, compartment syndrome maupun kasus iskemia kronis, luka yang tidak sembuh, nekrosis radiasi, skin graft preparation dan luka bakar.
Pembahasan
Terapi oksigen hiperbarik untuk pertama kalinya digunakan pada penyakit dekompresi (DeCompression Ilnes), yaitu suatu penyakit yang dialami oleh penyelam dan pekerja tambang bawah tanah akibat penurunan tekanan saat naik ke permukaan secara mendadak. Dari berbagai penelitian terungkap bahwa oksigen hiperbarik mempunyai manfaat lebih, tidak terbatas pada kasus-kasus penyelaman saja. Satu contoh terapi oksigen hiperbarik yang berhasil, digunakan dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Terapi oksigen hiperbarik sebenarnya merupakan terapi penunjang pada proses penyembuhan luka, Sedangkan perawatan utamanya sendiri adalah debridement dan penjahitan jika diperlukan.
Namun demikian oksigen hiperbarik dapat mempercepat proses penyembuhan luka, sehingga jaringan yang hipoksia memperlihatkan hasil yang baik pada terapi oksigen hiperbarik. (1) Yusman (13) menyatakan bahwa luka yang sulit sembuh dan luka bakar merupakan indikasi yang tepat untuk rujukan terapi oksigen hiperbarik. Hal ini ditegaskan dalam hasil konfrensi kedokteran hiperbarik tahun 1991 di Ancona Italia, bahwa luka yanga sulit sembuh (delayed wound healing) termasuk dalam kelompok Accepted chronic indication untuk terapi oksigen hiperbarik. (11)
Fisher pada tahun 1969 untuk pertama kali menggunakan oksigen hiperbarik pada 32 pasiennya yang mengalami ulser pada kaki. Penelitian serupa dilakukan pada tahun 1975 pada pasien lainnya. Oksigen dialirkan dan dipertahankan selama 41 menit, terapi dilakukan dua kali sehari dan setiap sesi dilakukan sedikitnya 2-3 jam. Hasil penelitiannya menunjukkan banyak ulkus yang sembuh dengan baik, walau demikian iksogen hiprbarik gagal pada kasus-kasus iskemia hebat.
Ignacio et.al pada 18 pasien denga jenis ulcer yang berbeda dan hasilnya cukup memuaskan. Heng memberikan terapi oksigen hiperbarik secara topikal pada 6 pasien denga 27 ulser (5 dari 6 pasien Penyembuhan terjadi pada hari 6 sampai dengan 21 hari, sedangkan 10 ulser tanpa terapi oksigen hiperbarik tidak terjadi proses penyembuhan pada periode waktu yang sama. (1) Terapi oksigen hiperbarikselain dapat mempercepat proses penyembuhan pada luka diketahui juga dapat mempercepat pertumbuhan jaringan, seperti kasus yang dilakoprkan di RSAL Mintohardjo Jakarta. Kasus transplantasi jari pasien sesaat setelah operasi, pasien terapi denhanoksigen hiperbarik ternyata penyembuhan berjalan lebih cepat dan sel tumbuh lebih cepat. (13) Berikut ini diperlihatkan kasus yang pernah diterapi dengan oksigen hiperbarik di RSAL Dr. Ramelan Surabaya.

web site dari dr. Mukipraptono menjawab

Basar Purnomo 11 August 2010 at 2:00 pm #

Saya Pria Usia 56 tahun dan sudah berkeluarga mempunyai 2 Anak yang sudah besar semua.
Saya sakit Stroke sekitar 5 tahun yang lalu dan pernah dirawat di Rumah Sakit sekitar 14 hari, dan dari hasil Scanning / MRI bahwa Stroke saya diakibatkan karena oksigen tidak dapat masuk ke Otak karena tersumbat adanya kolesterol.Stroke saya di sebelah kiri.

Kondisi saya sekarang alhamdulilah sudah bisa berjalan dan bekerja di Kantor sekitar 2 tahun yang lalu.
Tetapi kalau berjalan masih pelan-pelan, sempoyongan kelihatan akan jatuh, kurang keseimbangannya, badan terasa lemas, ngantuk.

Saya setiap hari minum obat Aspilet 1 butir atas anjuran dokter. Dan saya juga sering minum Jus Buah Mengkudu (Pace). Dan saya juga rajin kontrol (Medical Chek Up)Darah dan Urine.

Mohon solusinya sakit saya ini supaya bisa sembuh dari Sreoke.

Atas perhatian dan bantuannya saya mengucapksn banyak terima kasih, dan saya tunggu tanggapannya dari Bapak lewat email ini.
Reply

*
muki partono 12 August 2010 at 10:46 am #

kami anjurkan tambahan terapi ajuvan dgn Terapi Hiperbarik bisa anda lakukan di RS Jakarta, RSAL MIntoharjo bendungan Hilir, RS THT BSD, biasanya keluhan2 pasien spt anda jauh lbh baik

Jumat, 13 Agustus 2010

Testimoni ttg hiperbarik dan tinitus


Berdasarkan rujukan dari dokkter neurotologi, saya akhirnya memutuskan untuk terapi hiperbarik. Pada awalnya skeptis dengan perngobatan alternatif itu, mana ongkosnya mahal dan harus berkali kali pula. Benar benar merepotkan! Ya tapi namannya juga usaha. Harus tetap semangat dan optimis

Pada mulanya bingung juga, sebenarnya makanan apa sih terapi hiperbarik itu. Biar tidak bingung, akan saya coba bahas secuil review dari terapi kemarin:

* Sebenarnya apa sih terapi hiperbarik itu

Terapi hiperbarik atau yang lebih dikenal dengan HiperBarik Oksigen Teraphy (HBOT) adalah terapi dengan menggunakan oksigen (yaiyalah namanya juga terapi oksigen:P). Tapi oksigen yang dihirup pada saat terapi ini tekanannya lebih besar dari oksigen yang kita biasa hirup di keadaan normal, yaitu sebesar 2,4 atmosfer (keadaan normal adalah sebesar 1 atmosfer). Dari namanya yaitu hiperbarik bisa diprediksi maksud sebenarnya, yaitu hiper yang artinya lebih dan barik yang berasal dari kata bar yang artinya tekanan.

* Apa manfaat terapi hiperbarik

Terapi ini pada awalnya biasa dipergunakan untuk mengobati penyelam yang tubuhnya mengalami dekompresi akibat perbedaan tekanan di bawah laut agar bisa menyesuaikan diri lagi dengan kondisi normal daratan.


Tapi setelah diteliti lebih lanjut, ternyata efek menghirup oksigen tekanan tinggi tersebut bukan hanya bisa mengobati dekompresi, tapi juga bisa menjadi salah satu alternatif pengobatan untuk meregenerasi sel-sel tubuh yang rusak. Karena ternyata oksigen yang berferan aktif dalam perbaruan sel-sel tubuh selain juga memperlancar aliran darah. Sehingga belakangan, efek pengobatan juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam penyakit. Seperti:

- Mempercepat kesembuhan pasien patah tulang, amputasi, atau luka basah akibat diabetes

melitus (kencing manis)

- sudden deafness (tuli mendadak) dan kerusakan atau paresis syaraf telinga lainnya

-Pusing, vertigo ( efek dari memperlancar aliran darah)

- Pasca stroke atau penyakit serangan syaraf lainnya

-dll

Dan ternyata, selain untuk pengobatan banyak orang yang tidak sakit rutin melakukan terapi ini dengan tujuan untuk menjaga kebugaran tubuh dan untuk kecantikan yaitu untuk menjaga kekencangan kulit.

Jumlah oksigen tekanan tinggi yang dihirup, jumlahnya diteliti 8 kali lebih banyak dari keadaan normal, sehingga mempercepat regenerasi sel tubuh dan melancarkan aliran darah lebih baik dari biasanya.

* Dimana terapi ini dilakukan

Karena sejarah terapi ini yang pada mulanya diperuntukkan untuk penyelam terutama tentara angkatan laut, terapi ini biasanya ditemukan di RS angkatan laut yang ada di Indonesia, dan di Jakarta sendiri RS yang menyediakan fasilitas ini baru ada 3 RS yaitu RSAL mintoharjo, RS jakarta, dan RS MMC.


Spot pengobatan terapi ini biasanya dilakukan di hiperbarik center di tiap RS yang menyediakan fasilitas pengobatan. Karena melibatkan tekanan udara tinggi, biasanya struktur bangunan memang dibangun untuk bisa menyesuaikan dengan tekanan udara tinggi. Sedangkan tempat pengobatan untuk pasien ketika terapi dilakukan di dalam sebuah ruangan baja yang menyerupai bentuk kapal selam dan biasa disebut chamber. Chamber itu sendiri berkapasitas maximal 10 orang pasien ditambah seorang instruktur. Jadi terapi tidak dilakukan seorang diri, melainkan berbarengan dengan pasien-pasien yang lain dengan keluhan penyakit berbeda-beda.

* Apa yang dilakukan di chamber?

Di dalam chamber pasien dipersilahkan untuk duduk. Posisinya persis seperti saat kita naik angkot mikrolet, cuma bedanya tidak ada kernetnya.hehehe. Di dalam chamber, pasien menggunakan masker persis seperti penyelam untuk menghirup oksigen. Terapinya sendiri dilakukan selama kurang lebih 1 jam 45 menit, dimana setiap 30 menit istirahat selama kurang lebih 5 menit.

Sebelum menghirup oksigen dari masker oksigen, pertama kali pasien harus melakukan ekualisasi, yaitu melakukan manuver meniup dengan menutup mulut dan hidung setiap hitungan ke 10, atau dengan menelan ludah setiap kali telinga terasa ada tekanan. Karena tekanan dalam chamber dikondisikan seperti saat kapal selam berada di kedalaman 14 meter di dalam laut, jadi telinga akan terasa tertutup dan penuh udara. Jadi dengan melakukan Manuver ini tekanan udara yang menutup telinga segera terbuka. Kadang kita dianjurkan untuk makan permen, sehingga secara otomatis kita harus sering-sering menelan ludah


Setelah itu, diperkenankan untuk mengirup oksigen dari masker oksigen sambil jangan lupa menelan ludah setiap beberapa menit. Selama terapi yang bisa kita lakukan cuma bengong atau paling maksimal bisa sambil baca-baca buku atau majalah. Sebenarnya lebih enak kalau bisa sambil noton tv atau nonton film. Tapi karena, sedikit sekali alat elektronik yang bisa tahan oleh tekanan tinggi, jadi apa daya. hiks:P

* Berapa ongkos terapi ini?

Biaya terapi hiperbarik rata-rata Rp.300.000,- sekali terapi (harga di RSAL Mintoharjo). Sedangkan di RS Jakarta adalah Rp.350.000,- /terapi. Kalau di RS MMC saya tidak punya informasi, Karena belum pernah terapi di sana.

Terapi dilakukan rata-rata 10 kali, tapi tergantung dari tingkat parah ringannya keluhan penyakit yang diderita. Semakin cepat terapi dilakukan setelah terjadi keluhan, semakin sedikit frekuensi terapi yang diperlukan. Untuk penyakit sudden deafness seperti saya, Sebenarnya dengan 5-6 kali terapi saja bisa segera terasa efek penyembuhannya, dengan catatan terapi segera dilakukan segera setelah diagnosis didapatkan. Tapi kalau keluhan penyakit sudah diderita cukup lama (lebih dari 1 bulan), minimal dilakukan 10 kali terapi.

* Apa Efek yang dirasakan setelah terapi

Setelah mealakukan terapi, yang pasti saya selalu merasa lapar dan selera makan jadi tambah besar. Mungkin efek itu hanya terjadi pada saya, tapi hasilnya setelah menjalani terapi berat badan naik 2kg, gara-gara kebanyakan makan.hiks..hehehe

Tetapi kebanyakan pasien-pasien yang lain merasa lebih segar setelah terapi, dan tidur terasa lebih nyenyak. Mengenai efek terhadap keluhan penyakit yang diderita, setelah beberapa kali terapi, saya tidak merasa pusing lagi, dan keluhan vertigo juga hilang, walaupun telinga masih terasa tertutup, telinga masih berdenging halus dan bunyi masih terdengar berantakan. Jadinya, agak sedikit pesimis juga, apalagi rasanya bosan sekali tiap hari harus bulak-balik terapi. Tetapi setelah terapi ke 9, telinga jadi terbuka, walaupun bunyi masih berantakan. Ya alhamdulillah ,setidaknya ada pengaruh baik yang dirasakan.

* Suka duka selama terapi

Pada mulanya saya sangat excited melakukan terapi. Tapi setelah berkali-kali bulak balik terapi, rasanya bosan sekali. Apalagi di awal-awal terapi efek yang dirasakan tidak signifikan. Rasanya seperti useless, tapi di balik semua kebosanan dan rasa pesimis itu, ada hal yang menyenangkan yang dirasa, yaitu Saya jadi punya banyak teman senasib. Yang pada awalnya merasa menjadi orang paling menyedihkan sedunia, jadi sedikit surprise ketika mengetahui ternyata penderita penyakit telinga yang aneh ini bukan hanya saya. Banyak juga saya temukan, pasien-pasien sudden deafness seperti saya di tempat terapi yang bahkan lebih parah dari saya. Jadi akhirnya bisa saling sharing dan curhat.Hehehe.

Yup, demikian seklias review tentang terapi hiperbarik yang saya jalani kemarin. Lumayan Worthy untuk dicoba, sambil tetap rajin minum obat dan berdoa tentunya. Yang pasti, seperti pesan dokter-dokter kepada saya, walaupun penyakit syaraf itu susah disembuhkan, tapi jangan pernah menyerah, karena banyak juga yang bisa sembuh dengan rajin berobat dan sabar. Jadi mari kita berjuang!. (Maaf, sedikit lebay.hi3)



Posted in Uncategorized | 19 Comments
19 Responses

1.
on July 6, 2010 at 8:34 am | Reply linda

Alhamdulillah suami sy menemukan blog ini krn sgt berarti bagi kami dan ibu kami, yg akan melakukan terapi ini. Terima ksh bnyk atas infonya smg ibu kami bs sehat kmbali dan smg bapak jg slalu dlm keadaan sehat. Amin…

*
on July 6, 2010 at 2:46 pm | Reply iniblognyasaya

alhadulillah senang bisa berbagi..semoga cepat sembuh bu
Oh ya..oh ya bu…sbg info kalau ibu mau terapi di RSAL Mintoharjo…, disana cuma buka senin s/d jum’at…padahal kalo 2 hari libur,,efek Oksigen nya wash out. Jadi mending usahakan sabtu nya ikut terapi di RS Jakarta, disana sabtu buka,,,agar hasilnya optimal..Gudlak bu

2.
on July 21, 2010 at 4:15 am | Reply Angga

hi mba, salam kenal. kebetulan sy jg sedang terapi hiperbarik saat ini. sudah 8x sy terapi dan memang ada kemajuan meskipun perlahan. klo mbak gmn skrg? udh brp kali terapinya? udah ada kemajuan lagi?..

*
on July 21, 2010 at 4:28 am | Reply iniblognyasaya

hai juga pak.. alhamdulillah sekarang udah baikan..sudah ga dengung lagi,,dan pusing dan vertigo sudah sembuh..mudah-mudahan ga kumat lagi!! compliment buat terapi hiperbarik nya..he3

3.
on July 21, 2010 at 10:59 am | Reply Angga

alhmd sy ikut seneng jg mba udh sembuh. btw udh brp kali mbak terapinya? apa dibarengi dg obat juga selama masa terapi? mksh infonya sblmnya.

*
on July 21, 2010 at 2:32 pm | Reply iniblognyasaya

yup alhamdulillah…kemaren saya terapi 10 kali pak..dapet obat dari dokter tht buat seminggu saya habiskan berbarengan sama terapinya..tapi intinya,,,menurut survey yg saya lakukan ke pasien2 hiperbarik yg punya masalah dgn sudden deafness,,mereka mayoritas dikasih obat memperkuat syaraf seperti vitamin B12 contohnya neurobion pink, atau yg mengandung mecobalamin (masih turunan vit B12) contohnya lapibal..semoga bisa membantu:))

4.
on August 3, 2010 at 2:00 am | Reply ahsan andrian

salam mba,
saya baru2 ini juga mengalami tinnitus dan berobat ke rscm dengan dr bram. beliau juga menyarankan untuk terapi hiperbarik ini meskipun tidak mengharuskan. so far analisa lab menunjukkan ada gangguan syaraf.
sampai saat ini saya masih ragu dengan terapi tersebut. mengingat frekuensi yang harus dilakukan dan besarnya biaya. belum lagi dokter menganjukan untuk banyak beristirahat untuk 12 hari ke depan, fisik dan mental.

*
on August 3, 2010 at 4:55 am | Reply iniblognyasaya

to pak Ahsan:
Kemaren saya juga sempat ragu mencoba terapi ini, mengingat pertimbangan waktu dan biaya yang harus diluangkan. tapi karena sudah capek berobat ke berbagai dokter dan ga ada perubahan, saya pikir ga ada salahnya mencoba terapi ini. Alhamdulillah ada perbaikan.. dan memang selama terapi kalau bisa istirahat fisik dan mental,, dalam artian tidur yang cukup, jangan capek, jangan banyak fikiran, pokoknya pada intinya senangkan hati..hehehe..

5.
on August 4, 2010 at 4:32 am | Reply ahsan andrian

udah cek ke mmc. disana 350ribu. pendaftaran 30 ribu. kunjungan pertama wajib konsul dokter sebesar 200 ribu.
kl ke rsal katanya biaya pendaftaran sebesar 90 ribu per kunjungan. jadi kl ditotal masih murah di rs mmc. dan kl ga salah dia chambernya tiduran dan sendirian (liat di web)

*
on August 4, 2010 at 2:31 pm | Reply iniblognyasaya

wah saya blm sempat ngitung murahan mana pak.. tapi kemaren saya sempet nyoba dua-duanya..secara di RSAL mintoharjo cuma buka hari senin sampe jumat,, jadinya terapi nya saya campur2..kalo sabtu saya di MMC..seingat saya di RSAL mintoharjo pertama kali datang memang disuruh konsul dulu dengan dokter disana,,biaya nya RP. 150 ribu..tapi besok2nya tiap terapi cuma diminta bayaran Rp.300ribu,,,pendaftaran cuma satu kali di depan,,buat admin dan kartu hiperbarik Mintoharjo.

Di MMC saya cuma sekali,,biaya nya Rp 350 ribu sekali terapi, tapi akan lebih murah kalau kita ambil paketan..minimal 10 kali..dan terapi nya juga teknis nya sama dgn di minto harjo,,sambil duduk dan rame2..memang ada satu sekat ruangan terpisah yang diperuntukkan untuk pasien yang sedang sakit dan tidak bisa duduk ,,jadi harus tiduran,,..seperti karena harus di infus..di Minto harjo juga ada sekat terpisah yang diperuntukkan u/ satu orang yang kondisi nya tidak memungkinkan untuk terapi duduk berbarengan dengan pasien lain..Sekat terpisah itu juga diperuntukkan untuk keadaan darurat,,mungkin sewaktu terapi pasien tidak tahan,,seperti perutnya sakit,,atau telinga nya tidak tahan sampe mengeluarkan darah (waktu pengalaman saya kemarin ada pasien yang barusan operasi gendang telinga karena gendang telinga robek,,tapi ngotot ikut hiperbarik,,jadinya telinganya tidak tahan). nah pasien yang tidak tahan itu harus segera dikeluarkan dari chamber..tapi karena tekanan yang tinggi dalam chamber tidak memungkinkan pintu dibuka secara mendadak,,jadi pasien yang tidak tahan itu dipisahkan ke sekat ruangan sebelah,,dan diisolasi di sana..jadi ruangan sebelah saja yang tekanannya diturunkan perlahan,,sampai tekanan normal dan dia bisa keluar,,jadi tidak mengganggu terapi pasien2 yang sedang berlangsung..

demikian sekilas info:P..Gudlak!!

6.
on August 7, 2010 at 10:07 am | Reply ahsan andrian

dah 2x ikutan hiperbarik. berasa banget euy efeknya. denging dah mulai berkurang. kl ga salah dr bram sempet bilang kl golden periode buat perbaikan tinnitus tuh 12 hari. untungnya ga sampe seminggu dah sempet hiperbarik.
btw, barusan cari2 data dr bram, ternyata kl potong rambut dan pake baju dokter tampangnya culun juga ya.
http://staff.ui.ac.id/profil/detail_dosen.php?id=140242332

*
on August 9, 2010 at 5:23 am | Reply iniblognyasaya

to pak ahsan: oke deh pak..gudlak!!senang bisa membantu:)

7.
on August 8, 2010 at 6:31 am | Reply Hidajat

Hallo mbak yg tabah,
Kamis pagi, 5 Agustus 2010 waktu bangun pagi tiba tiba saya mendengar bunyi denging halus ditelinga kiri dan terus berlanjut hingga malam sehingga saya merasa ada yg tidak beres dengan telinga kiri saya. Malam itu juga konsul ke dokter THT, disana disarankan untuk endoscopy dari hidung atau test pendengaran di Lab khusus telinga (2 macam test).
Malam nya saya tidak bisa tidur dengan memadai meskipun di doping dengan Esilgan 1 mg, cuman 4 jam.
6 Agustus,saya ambil yang test pendengaran. Dari hasil test ternyata pendengaran saya bermasalah pada frekwensi 6000-8000 tapi secara keseluruhan gak ada masalah yg berarti, disana dikatakan kemungkinan adalah karena stress dan berhubungan dengan syaraf. Intinya saya di nasehati jgn menghiraukan suara dering tadi, banyak berolah raga dan makan sayur juga yg terpenting jgn stress. Malam nya setelah berolah raga, hasilnya saya bisa tidur pulas seperti biasa dari jam 21:00 sampai 6 pagi, bangun juga tanpa ditemani suara denging.
7 Agustus saya harus kembali kerja dilingkungan yang terkadang mengharuskan saya mendengar suara musik yang sangat memekakkan telinga.
7 Agustus, malam kembali telinga saya berdenging dan tidur pun kembali terganggu.
8 Agustus, hari ini denging (kecil dan lembut) masih ada dan telinga kiri saya terasa buntu.

O ya, saya dikasih obat antibiotika oleh dokter THt cefixime 100 mg yg harus diminum 3 x sehari selama 6 hari.

Apakah saya sudah terkena tinnitus ?
Mohon saran apa yang harus saya lakukan supaya bisa kembali tidur nyenyak dan kualitas hidup saya gak terganggu.

*
on August 9, 2010 at 5:38 am | Reply iniblognyasaya

to pak hidajat:
berdasarkan yang saya tahu,Kalau bapak mendengar suara yang bukan berasal dari luar, tapi terdengar di telinga anda, berarti bapak menderita tinnitus. Tapi tinnitus itu sendiri bukan penyatkit pak, melainkan gejala dari sumber penyakit yang sebenarnya, seperti vertigo, menier, sudden deafness, stroke telinga, dll.

Saya dulu juga pertama dapat serangan, juga mendengar denging nya hilang timbul, tapi lama-lama jadi seperti permanen dan pada beberapa waktu bunyinya jadi semakin kencang, dan juga terserang vertigo. Setelah beberapa kali tes suara, terjadi penurunan daya dengar di frekuensi tinggi dan saya di vonis kena sudden deafness (tuli mendadak) akibat syaraf di telinga dalam yang lumpuh.

Saya bukan dokter pak. Jadi saya tidak bisa mendiagnosis penyakit Bapak. Tapi menurut saya, karena sudah jelas syaraf Bapak yang kena, akan lebih baik kalau Bapak memeriksakan lebih lanjut ke dokter syaraf telinga (neurotologi). Kemaren saya ke dokter brasto Bramantyo di Poli swadana RSCM. dan dianjurkan untuk hiperbarik.

Mungkin sran saya bisa menjadi referensi buat Bapak. Menurut pengalaman saya, semakin cepat diobati, semakin baik, dan kemungkinan sembuh lebih besar. Gudlak

8.
on August 9, 2010 at 7:20 am | Reply Hidajat

Mbak Ayu yg baik,
Hari ini denging udah ilang setidaknya sangat jauh berkurang, dah bisa tidur tenang lebih dari 7 jam.
Tadi malam saya mencoba konsumsi vitamin B complex yang ada nicotinamide nya.

Saya juga browsing dan menemukan penggunaan alat khusus untuk penderita tinnitus yg di masukkan kedalam telinga (Siemens).

Saya ada di Surabaya, untuk terapi di RSAL DR Ramelan penggunaan chamber hyperbarik hanya 180 rb selama 2 jam, mungkin ada yang mau mencoba di Surabaya silahkan hub saya via email, tempat tinggal gratis. Saya akan coba bantu semampu saya.

Saya doakan mbak Ayu cepat sembuh, amit amit jgn sampai ke vertigo deh.

*
on August 9, 2010 at 8:21 am | Reply iniblognyasaya

wah setengah harga ya, kalo terapi di surabaya…oke deh pak..semoga lekas sembuh:)

*
on August 9, 2010 at 8:22 am | Reply iniblognyasaya

wah setengah harga ya, kalo terapi di surabaya…oke deh pak..semoga lekas sembuh:)

9.
on August 12, 2010 at 9:21 am | Reply Hidajat

Hai mbak !!!
Memang benar sekali, hilang dan datang lagi. Daripada kelewatan golden periode yach memberanikan diri ikutan hiperbarik.
sekarang udah terapi 2 x, ternyata ada hasil namun kurang signifikan kalau mental lagi down. Selesai hiperbarik yang kedua, telinga berasa plong dan denging sampe malam hari dah gak ada… tapi gak tau kenapa mata ini gak mau tidur seperti orang insomnia, padahal sebelumnya gak pernah. Kalut karena itu akhirnya mendatangkan kembali si denging kedalam telinga.
Hari ini saya ganti dokter, dikasih resep tebokan dan vitamin buat otak. Boleh tau tentang resep obat mbak yg terkini ? terima kasih mbak

*
on August 13, 2010 at 3:14 am | Reply iniblognyasaya

saya udah ga konsumsi obat lagi pak..dulu pernah di kasih tebokan (vit. mengandung gingko biloba) dan vit B12..gudlak