Selasa, 26 Juni 2012

TATALAKSANA PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PAJANAN HIPERBARIK dan PENYAKIT LAIN AKIBAT PENYELAMAN


Bahan bahasan dalam rapat kerja dengan Kemenkes RI untuk dijadikan rujukan atau acuan bagi para tenaga kesehatan yang bertugas di daerah pesisir di seluruh wilayah Republik Indonesia
Oleh dr.Susan S
                       dr.Erick Supondha

TATALAKSANA
PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PAJANAN HIPERBARIK dan PENYAKIT LAIN AKIBAT PENYELAMAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara bahari dimana luas laut 2/3 total luas seluruh wilayah dengan jumlah pulau 13.466 yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) 200 mil dari garis pantai dimana garis pantai 95.181 km.
Dengan demikian banyak pekerja yang bekerja di wilayah perairan seperti: peselam professional (pekerja rig untuk pengeboran minyak  lepas pantai, pemasangan dan pengelasan pipa dalam laut dll), peselam dengan kompresor konvensional (peselam mutiara,  nelayan peselam ikan hias, moro ami, petani rumput laut), penyelam militer  dan penyelam tahan nafas (tanpa alat).
Menurut survey dari 251 responden peselam di 9 (Sembilan) propinsi di Indonesia, teknik menyelam yang digunakan 56,6% peselam tahan nafas, 33,9 % peselam kompresor dan 9,6% peselam dengan scuba.
Keluhan yang sering didapat dari 251 responden peselam tersebut  antara lain 21,2% pusing/sakit kepala, 12,6% lelah, 12,5% pendengaran berkurang, nyeri sendi 10,8%, perdarahan hidung 10,2%, 9,7 % sakit dada/ sesak, 6,4 % penglihatan berkurang, 6,0% bercak merah di kulit, 5,6 gigitan binatang, 3,2 % lumpuh dan 1,7 % hilang kesadaran.  (Subdit Kesehatan Matra tahun 2009)
Banyaknya jumlah peselam dan beragamnya keluhan kesehatan akibat penyelaman belum diimbangi dengan kemampuan dan pengetahuan dokter di tingkat pelayanan kesehatan primer dalam menangani masalah kesehatan yang terkait dengan pekerjaan tersebut sehingga perlu disusun pedoman sebagai acuan.

2.    Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dan sebagai bahan acuan bagi dokter dalam tatalaksana penyakit  kerja di kedalaman laut.

3.    Sasaran
Dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer di daerah pesisir
4.    Ruang Lingkup
a.    Pengenalan faktor risiko kerja pada penyelaman
b.    Diagnosis okupasi
c.    Tata laksana
d.    Pencegahan


BAB  II
PENGENALAN PENYELAMAN

Lingkungan penyelaman memiliki berbagai potensial bahaya baik fisik maupun biologi.
Secara anatomi  tubuh manusia terdiri dari 3 unsur yaitu padat, cair dan berongga. Jaringan tubuh yang padat seperti tulang, otot, jantung, hati relatif tidak meneruskan tekanan,  sedangkan yang berupa cairan dapat meneruskan tekanan, dan yang berongga  seperti telinga, sinus, lambung, usus, paru juga saluran nafas sangat dipengaruhi perubahan tekanan.
Kondisi di lingkungan penyelaman akan mempengaruhi perubahan fisiologi pada tubuh manusia sesuai dengan hukum fisika yang berlaku, yang berisiko menimbulkan penyakit yang berakhir pada kecacatan hingga kematian apabila penyelaman dilakukan tidak sesuai dengan prosedur yang benar.
Untuk ketepatan dalam mendiagnosis penyakit akibat penyelaman, dokter perlu mengetahui prosedur penyelaman yang benar disamping pengetahuan tentang riwayat penyelaman, bahaya dalam penyelaman dan gejala/ tanda klinisnya, karena cepat dan tepatnya diagnosis menentukan nasib dari penderita tersebut.

Potensial Bahaya Fisika dalam Penyelaman dan Pengaruh Terhadap Fisiologi Tubuh
Banyak faktor yang mempengaruhi penyelam, antara lain: tekanan air, gaya apung, temperatur air, viskositas air, sifat gelombang suara, pancaran cahaya, pengarul visual dan isyarat proprioseptif. Adapun faktor tersebut akan berjalan sebagaimana hukum fisika yang berlaku pada penyelaman sebagai berikut:

  1. Hukum Boyle
Adalah tekanan berbanding terbalik dengan volume bila temperatur tetap. Hukum ini berlaku pada organ yang berongga pada tubuh manusia. Bila ada sumbatan pada rongga tersebut, tubuh tidak dapat menyesuaikan tekanan, sehingga akan terjadi barotrauma pada organ tersebut.
  1. Hukum Archimedes
Berat benda sesuai dengan berat cairan yang dipindahkan oleh benda tersebut. Hukum ini berlaku untuk gaya apung. Contoh: orang gemuk mempunyai gaya apung positif, sehingga cenderung terapung dalam air. Kalau orang kurus mempunyai daya apung negatif, sehingga cenderung tenggelam dalam air.



  1. Hukum Charles
Bila volume gas dipertahankan tetap, tekanan gas berhubungan langsung dengan temperaturnya. Hukum ini berlaku untuk pengisian tabung scuba dan pengisian udara dalam RUBT.

  1. Hukum Dalton  
Tekanan campuran/tekanan total dari 2 gas atau lebih yang berada dalam 1 ruang. Sama dengan jumlah tekanan gas masing-masing yang ada dalam ruangan tersebut. Dengan menggunakan hukum ini kita dapat memperkirakan kedalaman untuk tidak terjadi keracunan gas pada penyelaman
  1. Hukum Henry 
Banyaknya gas yang  melarut di dalam cairan  adalah sebanding dengan tekanan gas tersebut diatas air. Jadi makin dalam kita menyelam kelarutan gas makin tinggi, sehingga bila kita naik kepermukaan dengan cepat gas yang melarut tadi akan mengembang dengan cepat membentuk gelembung gas. Hal inilah yang menyebabkan penyakit dekompresi.
Sebagaimana hukum fisika tersebut diatas, aktifitas penyelaman akan menyebabkan:
·      Tekanan lingkungan akan meningkat
·      Kerapatan gas media nafas meningkat
·      Tekanan parsial media gas meningkat
·      Kelarutan gas akan meningkat
Berlakunya hukum fisika penyelaman mempengaruhi perubahan fisiologis tubuh peselam, sehingga dokter perlu mengetahui fungsi dan proses vital yang terjadi pada tubuh peselam dalam lingkungan bawah air untuk menghindari akibat yang tidak dikehendaki dari pengaruh lingkungan tersebut. Meningkatnya tekanan bawah air 1 atmosfer mengakibatkan terjadinya perubahan fisiologis tubuh peselam.

Perubahan fisiologis organ pada peselam antara lain:
·   Paru-paru akan terjadi hipoventilasi dan penurunan respons terhadap peningkatan CO2
·   Jantung akan terjadi bradikardi dan aritmia, turunnya cardiac output, tekanan arteri menurun, sistemik vaskular resistance, menurunnya kapasitas kerja jantung.
·   Otak: terjadi penurunan intelektual, psikomotor dan psiko sensorial secara bertahap. Perubahan elektro fisiologik dan perubahan neuro transmission.
·   Mata : akibat dari pancaran sinar akan terjadi indeks refraksi 1,3 kali dari pada di udara sehingga benda terlihat 25% lebih besar dan lebih dekat  (Hiperopia ± 40 dioptri).
·   Telinga : nilai ambang pendengaran naik 40 sd 75 db. Konduksi tulang merupakan hantaran utama  pada pendengaran.
A. Potensial Bahaya Biologi
Lingkungan bawah laut memiliki potensial hazard biologi antara lain binatang laut yang berbahaya karena sengatan atau gigitannya. Untuk mengantisipasi keparahan penyakit akibat sengatan atau gigitan maka dokter perlu mengetahui penatalaksanaan penyakitnya.

B. Faktor-Faktor yang Memperberat Risiko Penyelaman
1.  Faktor Peselam (SDM)
·                     Kondisi Fisik
·                     Kondisi Mental

2.  Faktor Peralatan
·   Tanpa peralatan selam (penyelaman tahan nafas): Googling dan snorkling
·   Peralatan selam minimal: Masker, snorkel, sirip apung, rompi apung sabuk pemberat
·   Peralatan selam lengkap: Masker, snorkel, sirip apung, rompi apung sabuk pemberat, pakaian selam, pengukur kedalaman, jam selam, pisau selam, tas kemas

3.  Faktor Lingkungan
·                                    Tekanan tinggi
·                                    Binatang laut berbahaya
·                                    Suhu rendah

C. Prosedur Penyelaman
Penyelaman adalah kegiatan yang dilakukan pada keadaan lebih dari 1 atmosfir, baik di dalam air (penyelaman basah), maupun di dalam RUBT (ruang udara bertekanan tinggi / penyelaman kering). Setiap penambahan kedalaman 10 m tekanan naik 1 atmosfir. Dengan penambahan 1 atmosfir akan berlaku hukum fisika sehingga gas yang dihisap oleh peselam semakin bertambah dan mempengaruhi kondisi fisik peselam. Untuk meminimalkan dampak penyakit pada penyelaman, dokter harus mengetahui prosedur penyelaman yang benar, yaitu sebagai berikut:
·      Kondisi fisik harus prima
·      Naik ke permukaan harus perlahan mengikuti gelembung gas pernafasan
·      Rencanakan penyelaman dan menyelamlah sesuai rencana tersebut
·      Jangan menahan nafas waktu naik kepermukaan  
·      Jangan panik
BAB III
PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PENYELAMAN

Lingkungan penyelaman memiliki banyak faktor risiko yang berpengaruh pada kondisi fisik peselam sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan kecacatan sampai dengan kematian.
Penyakit dan kecelakaan akibat kerja penyelaman antara lain :
1.      Penyakit Dekompres(ICD 10 OH : T70.3)
2.      Penyakit Barotrauma (ICD 10 OH : Ottic; T70.0-Sinus; T70.1)
3.      Penyakit Osteonekrosis Disbarik
4.      Penyakit akibat Gas :- Penyakit akibat keracunan oksigen
                              - Penyakit akibat keracunan CO dan CO2                                                    (ICD 10 T59.7)
                              - Penyakit akibat keracunan  nitrogen
5.      Penyakit akibat serangan binatang laut yang berbahaya
(ICD 10;T.63.6)
 - Penyakit karena gigitan binatang laut
 - Penyakit karena racun binatang laut
6.      (Hipothermia) ICD 10 T.68

1.    PENYAKIT DEKOMPRESI
(Bends/ Compressed Air Illnes/ Casion Disease/ Strager Disease/ Diver‘s Palsy/ Aeroembolism/ Dysbarism)
a.  Pengertian : penyakit penyelaman akibat naik ke permukaan dengan cepat sesuai dengan hukum Henry.
Hukum Henry menyatakan bahwa banyaknya gas yang larut dalam cairan adalah sebanding dengan tekanan gas tersebut di atas air. Semakin dalam kita menyelam, kelarutan gas dalam cairan tubuh semakin tinggi, sehingga bila peselam naik ke permukaan terlalu cepat, gas yang larut dalam cairan tubuh akan mengembang dengan cepat membentuk gelembung gas nitrogen yang akan menyebabkan penyumbatan (pembuluh darah, otot, otak, tulang, dll).

b.  Faktor risiko :
·         Usia di atas 40 tahun
·         Jenis kelamin
·         Menggigil selama/ sesudah menyelam
·         Obesitas
·         Dehidrasi
·         Latihan berat selama / sesudah menyelam
·         Kebugaran : tidak fit, lelah, kurang tidur
·         Pekerja setelah mengkonsumsi alkohol mempercepat
terjadinya gelembung nitrogen.
·         Udara yang dihirup banyak yang mengandung CO2
·         Riwayat penyakit Dekompresi
·         Peselam naik pesawat kurang dari 24 jam setelah menyelam
·         Trauma/injury
·         Menyelam tidak mengikuti prosedur
·         Penyelaman berulang

c.  Pekerja berisiko :
·                                 Peselam menggunakan kompresor konvensional : peselam mutiara, peselam biota laut, peselam moroami, pekerja pasang bubu
·                                 Peselam menggunakan human kompresor (professional): pemasang pipa/kabel bawah air, peselam militer, pekerja di hiperbarik chamber
·                                 Tidak menggunakan kompresor: pekerja  tambang batubara, pekerja pembuatan terowongan bawah tanah (subway).


d.  Tanda dan gejala umum :
Penyakit dekompressi dibagi menjadi 2 (dua) tipe menurut gejala klinisnya, yaitu:
a)  Tipe 1 (Pain Only Bends)
Gejala Utama: Nyeri di daerah persendian dan otot-otot sekitarnya.
Gejala lainnya: Kelelahan berlebihan setelah menyelam, mengantuk / pusing ringan, gatal-gatal pada kulit (skin bends)
                        
Gambar 1 dan gambar 2.


b)  Tipe 2
Penyakit dekompresi serius yang menyerang sistem saraf pusat
Gejala neurologis: Penglihatan kabur sampai menurun, Hemiplegia/hemiparese, Apasia motorik/ sensorik, penurunan sampai kehilangan kesadaran, terjadi gangguan keseimbangan, gangguan bicara, tremor, vertigo dan tinitus.
Gejala paru dan jantung: Gangguan pernafasan, sesak nafas, nyeri dada (chokes).
Gejala gastroIntestinal: Mual, kehilangan napsu makan, muntah, kejang usus dan diare kasus lebih berat dapat terjadi muntah dan berak darah.
Gejala Bends Shock: Berdasarkan hasil laboratorium menunjukkan hemokonsentrasi, Hiperkoagulasi, hiperagregasi tombosit, lekositosis.
           
Gambar 3 dan 4.
Penyakit Dekompresi serius menyerang system saraf pusat

e.    Tatalaksana
a)    Diagnosis okupasi
Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis:
1.  Diagnosis klinis
    Anamnesis: lemas di kedua tungkai
     Pemeriksaan fisik: terdapat gangguan motorik dan sensorik di kedua tungkai
     Pemeriksaan penunjang: thoraks foto, laboratorium
2.  Pajanan di tempat kerja
    terjadi setelah menyelam (hiperbarik)
3.  Evidence based: perubahan tekanan lingkungan dari yang tinggi ke rendah secara cepat menyebabkan terjadinya penyakit dekompresi
4.  Apa pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis? Penyelaman berulang,  lama penyelaman, tidak memakai APD, naik terlalu cepat
5.  Faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis? overweight, kebiasaan minum alkohol, soda, kurang istirahat, merokok dan dehidrasi.
6.  Pajanan bahaya potensial di luar tempat kerja: setelah menyelam langsung naik pesawat udara
7.  Diagnosis okupasi: penyakit dekompresi (0733)

b)    Pengobatan :
Pertolongan pertama dilakukan dengan 3 (tiga) tindakan:
·      Oksigenisasi
Jika pasien dalam kondisi tidak sadar berikan oksigen
·      Rekompresi
Jika pasien masih sadar lakukan penyelaman kembali ke kedalaman semula didampingi oleh penolongnya atau dirujuk pada fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang memiliki chamber (golden period < 6 jam). Jika melebihi 6 jam kemungkinan timbul kecacatan lebih besar.









 







                                                                                                                                                                                   


 





Gambar 5. Terapi DCS dengan penyelaman basah
Untuk kasus Ringan sampai sedang




        Gambar 6.Terapi DCS  dengan penyelaman basah

Gambar 7. Ruang Chamber

·       Medika Mentosa.
infus RL/NaCl/Dextrose 5%, kortikosteroid dan anti platelet agregasi.

c)    Pencegahan
Sebelum menyelam lakukan persiapan seperti :
·      Persiapan kondisi fisik peselam
·      Persiapan kondisi alat
·      Memahami dan menaati prosedur penyelaman
·      Pemeriksaan kesehatan secara berkala

2.    PENYAKIT BAROTRAUMA
a.  Pengertian :
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sequelenya akibat ketidak seimbangan antara tekanan udara rongga fisiologis dalam tubuh dengan tekanan udara di lingkungan sekitarnya. Hukum fisika yang berlaku adalah Hukum Boyle: ”Bila temperatur dipertahankan konstan, volume gas berbanding terbalik dengan tekanan.

b.  Faktor risiko
·      Pemakaian alat yang tidak sesuai.
·      Menyelam yang tidak sesuai dengan prosedur penyelaman
Baik pada saat menyelam (barotrauma turun) maupun pada saat naik ke permukaan air dengan cepat (blow up/ barotrauma naik)
·      Penyakit yang bisa menimbulkan obstruksi pada saluran napas (sinusitis, influenza, asma, dll)
·      Panik

c.  Pekerja berisiko :
·         Peselam menggunakan kompresor konvensional : peselam mutiara, peselam biota laut, peselam moroami, pekerja pasang bubu
·         Peselam menggunakan human kompresor (professional): pemasang pipa/kabel bawah air, peselam militer, pekerja di hiperbarik chamber
·         Tidak menggunakan kompresor: pekerja  tambang batubara, pekerja pembuatan terowongan bawah tanah (subway).

d.  Tanda dan gejala umum :
·      Barotrauma telinga
Nyeri yang bervariasi intensitasnya pada telinga yang terkena barotrauma, perdarahan dari telinga, kadang-kadang dijumpai perdarahan di sekitar hidung dan mulut, gangguan pendengaran, tinnitus.
                                   
Gambar 8 dan 9. Barotrauma telinga

Terapi :
·       Dilarang menyelam
·       Dekongestan
·       Anti Biotik

·      Barotrauma sinus
Nyeri pada rongga sinus, epistaksis


tabel2 009

Gambar 10. Barotrauma sinus

Terapi:
·                           Tampon
·                           Antibiotik bila perlu

·      Barotrauma gigi
Nyeri pada gigi yang ditambal dengan tidak sempurna sehingga masih ada rongga pada tambalan tersebut.

·      Barotrauma wajah
Nyeri pada wajah, pembengkakan pada jaringan facial khususnya di bawah mata, haemorhagi conjungtiva dan prostusi mata.


               

Gambar 11 dan 12. Barotrauma Wajah

   Terapi:
·      Kompres es pada bagian yang udema atau yang mengalami perdarahan
·      Barotrauma kulit
Terlihat garis-garis hiperemis sesuai lipatan pakaian
         
Gambar 13 dan 14. Gambar Barotrauma Kulit

Terapi:
Barotrauma ini sembuh dalam beberapa hari
·      Barotrauma kepala dan badan
Kepala atau mata terasa menjadi besar, dyspnea dan rasa tertekan pada dada, oedema, haemorhagi pada organ yang terkena barotrauma.
·      Barotrauma intestinal
Kembung, flatus dan kolik
·      Barotrauma paru
Gejala yang timbul seperti pnemothoraks

Gambar 15 dan 16. Barotrauma Paru & emphesema kulit
 

Terapi:
Tusuk jarum untuk mengeluarkan udara

e.  Tatalaksana
a)    Diagnosis okupasi
Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis:
1.  Diagnosis klinis
Anamnesis: keluhan yang terjadi segera setelah menyelam (kering/basah), sesuai dengan lokasi organ yang terkena
Pemeriksaan fisik: sesuai dengan organ yang terkena seperti barotrauma telinga (perdarahan pada lubang telinga), barosinus (epistaksis), dll
     Pemeriksaan penunjang: Thoraks foto atau sesuai dengan lokasi organ yang terkena
2.  Pajanan di tempat kerja: terjadi setelah menyelam (hiperbarik)
3.  Evidence based: perubahan tekanan lingkungan dari yang tinggi ke rendah secara cepat menyebabkan terjadinya penyakit barotrauma
4.  Apa pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis? Penyelaman berulang,  lama penyelaman, tidak memakai APD, naik terlalu cepat
5.  Faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis? Influenza, sinusitis, tumor, serumen plug, otitis media, minuman soda, dll.
6.  Pajanan bahaya potensial di luar tempat kerja: setelah menyelam langsung naik pesawat udara
7.  Diagnosis okupasi: penyakit barotraumas (0731)

b)    Penatalaksanaan :
Sesuai lokasi organ yang terkena
c)    Pencegahan
·      Naik dan turun secara perlahan
·      Memakai alat yang sesuai dengan ukuran tubuh (ergonomis)
·      Pemeriksaan kesehatan secara berkala
·      Hindari menyelam jika ada faktor risiko

3.    PENYAKIT OSTEONEKROSIS DISBARIK
a.  Pengertian :
Penyakit dekompresi tipe lambat yang mengenai tulang panjang (ekstremitas).

Gambar 17. Avasculer Necrosis
b.  Faktor risiko :
·      Usia dan jenis kelamin
·      Temperatur
·      Obesitas
·      Dehidrasi
·      Kebugaran : tidak fit, lelah, kurang tidur
·      Pekerja setelah mengkonsumsi alkohol mempercepat terjadinya gelembung nitrogen.
·      Pekerja peselam naik pesawat kurang dari 24 jam setelah menyelam.
·      Trauma/injury
·      Menyelam tidak mengikuti prosedur


c.  Pekerja berisiko :
·         Peselam menggunakan kompresor konvensional : peselam mutiara, peselam biota laut, peselam moroami, pekerja pasang bubu
·         Peselam menggunakan human kompresor (professional): pemasang pipa/kabel bawah air, peselam militer, pekerja di hiperbarik chamber
·         Tidak menggunakan kompresor: pekerja  tambang batubara, pekerja pembuatan terowongan bawah tanah (subway).

d.  Tanda dan gejala umum :
Nekrosis pada tulang, ada dua tempat lesi utama yaitu;
a)    Lesi dekat permukaan sendi
Gejala: nyeri dan kekakuan sendi hingga limitasi gerakan sendi
b)    Lesi di daerah kaput
Gejala: terjadi perubahan jaringan tulang baru dan terjadi fraktur patologis

e.  Tatalaksana
a)    Diagnosis okupasi
Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis:
1.  Diagnosis klinis
Anamnesis: riwayat penyelaman, nyeri pada pergerakan Pemeriksaan fisik: nyeri tekan
Pemeriksaan penunjang: rontgen foto tulang panjang
2.  Pajanan di tempat kerja: terjadi beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah menyelam (hiperbarik)
3.  Evidence based: perubahan tekanan lingkungan dari yang tinggi ke rendah secara cepat menyebabkan terjadinya penyumbatan aliran darah ke tulang, terutama ke tulang panjang.
4.  Apa pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis? Penyelaman berulang,  lama penyelaman, tidak memakai APD, naik terlalu cepat
5.  Faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis? faktor usia, penyakit dekompresi
6.  Pajanan bahaya potensial di luar tempat kerja: setelah menyelam langsung naik pesawat udara
7.  Diagnosis okupasi: penyakit disbarik osteonekrosis


                  






Gambar 18. Gambar foto rontgen
disbarik osteonekrosis humerus
 


Gambar 19. Gambar foto rontgen
disbarik osteonekrosis femur
 

 



a)    Penatalaksanaan :
·      Konservatif: tirah baring, mengurangi beban semaksimal mungkin
·      Operatif



b)    Pencegahan:
·      Pemeriksaan berkala

4.    PENYAKIT AKIBAT KERACUNAN OKSIGEN
a.  Pengertian :
Tekanan partial oksigen yang normal di udara adalah 0,2 ATA atau sekitar 160 mmHg. Sifat oksigen adalah merupakan gasyang tidak berbau, berasa dan membantu proses pembakaran. Keracunan oksigen disebabkan karena kenaikan tekanan partial oksigen dalam darah.

b.  Pekerja berisiko :
·         Pekerja hiperbarik chamber
·        Peselam close sirkuit (tabung scuba yang berisi oksigen sebagai media nafas)

c.  Faktor Risiko:
·      Tergantung pada lama menghisap oksigen dan banyaknya oksigen yang dihisap
·      Obat-obatan yang dikonsumsi
·      Demam

d.  Tanda dan gejala umum :
·      Iritasi ringan pada trachea
·      Batuk
·      Hiperemi membran mukosa hidung
·      Demam

e.  Tatalaksana
a)    Diagnosis okupasi
Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis:
1.  Diagnosis klinis
Anamnesis: Riwayat penyelaman, batuk-batuk
Pemeriksaan fisik : Oedem, hiperemis pada faring, konvulsi
Pemeriksaan penunjang : PTcO2
2.  Pajanan di tempat kerja: terjadi setelah menyelam basah ( close sircuit) dan penyelaman kering (terapi oksigen hiperbarik)
3.  Evidence based: Paparan tekanan tinggi menyebabkan konsentrasi oksigen akan meningkat sesuai dengan hukum Dalton.
4.  Apa pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis? Penyelaman berulang,  lama penyelaman,  kedalaman penyelaman.
5.  Faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis? demam, minum obat obatan; antara lain steroid atau narkotik (morpin)
6.  Pajanan bahaya potensial di luar tempat kerja: -
7.  Diagnosis okupasi: penyakit akibat keracunan oksigen

a)    Penatalaksanaan :
Pada terapi HBO: Buka masker oksigen
Pada penyelam close circuit: naik kepermukaan perlahan

b)    Pencegahan:
Pemberian antioksidan
Hindari faktor risiko

5.     PENYAKIT AKIBAT KERACUNAN KARBONMONOKSIDA (CO )
a.  Pengertian :
Kemampuan pengikatan hemoglobin (hb) terhadap CO 200 kali lebih besar daripada oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat lambat dan mengakibatkan hb tidak dapat mengangkut oksigen.

b.  Pekerja berisiko :
Peselam yang bekerja dengan menggunakan kompresor konvensional (yang digunakan untuk tambal ban)

c.  Tanda dan gejala umum :
Sakit kepala, sesak nafas, mual, delirium sampai dengan kehilangan kesadaran dan mati

d.  Tatalaksana:
a)    Diagnosis okupasi
Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis:
1.  Diagnosis klinis
Anamnesis: Riwayat penyelaman dengan kompresor konvensional, penurunan kesadaran
Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan tanda-tanda vital, bintik merah di kulit (cherry red)
Pemeriksaan penunjang: HbCO
2.  Pajanan di tempat kerja: terjadi setelah menyelam basah
3.  Evidence based: Paparan tekanan tinggi menyebabkan konsentrasi karbon monoksida akan meningkat yang diproduksi hasil pembakaran yang tidak sempurna dari oli kompresor.
4.  Apa pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis? Penyelaman berulang,  lama penyelaman,  kedalaman penyelaman.
5.  Faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis? ventilasi alveolar, tekanan CO meningkat, curah jantung meningkat, kelelahan.
6.  Pajanan bahaya potensial di luar tempat kerja: Polusi udara
7.  Diagnosis okupasi: penyakit akibat keracunan carbon monoksida

c)    Penatalaksanaan :
·      Hiperbarik oksigen, anti konvulsi (bila kejang)
·      kortikosteroid

d)    Pencegahan
Penggunaan alat kompresor yang aman

6.    PENYAKIT AKIBAT KERACUNAN KARBONDIOKSIDA (CO2 )
a.    Pengertian :
CO2 merupakan sisa metabolism normal yang diproduksi oleh tubuh, jumlahnya hampir sama dengan oksigen yang dikonsumsi. Kelarutan CO2 20 kali lebih besar dibanding O2 dalam darah.

b.    Pekerja berisiko :
Peselam yang bekerja dengan menggunakan kompresor konvensional (yang digunakan untuk tambal ban)
Ventilasi yg inadequate:
-       Skip breathing
-       Foulty regulator (Kerusakan regulator)
-       Tight wetsuit (Baju selam yang ketat)
-       Kontaminasi udara

c.    Tanda dan gejala umum :
Pada tahap awal nafas cepat terjadi sakit kepala,  disorientasi dan gelisah, berkeringat banyak, tekanan darah meningkat, hilangnya koordinasi. Jika tidak cepat ditangani maka tekanan darah akan menurun, nadi lambat, sesak nafas, konvulsi, kehilangan kesadaran.

d.    Tatalaksana:
a)    Diagnosis okupasi
Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis:
1.  Diagnosis klinis
Anamnesis: riwayat penyelaman dengan kompresor konvensional
Pemeriksaan fisik: pemeriksaan tanda vital, sianosis
Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan gas darah dan elektrolit
2.  Pajanan di tempat kerja: terjadi setelah menyelam basah
3.  Evidence based: paparan tekanan tinggi yang menggunakan kompresor konvensional menyebabkan konsentrasi karbon dioksida yang diproduksi dari hasil pembakaran yang tidak sempurna dari oli kompresor akan meningkat.
4.  Apa pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis? Penyelaman berulang, lama penyelaman,  kedalaman penyelaman.
5.  Faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis? ventilasi pulmoner menurun, kontaminasi media pernapasan, ventilasi yang tidak adekuat di lingkungan tertutup, peralatan tidak memadai.
6.  Pajanan bahaya potensial di luar tempat kerja: polusi udara
7.  Diagnosis okupasi: penyakit akibat keracunan carbon dioksida

b)  Penatalaksanaan :
Hiperbarik oksigen, anti konvulsi (bila kejang)

c)  Pencegahan
·      Monitor kadar CO2
·      Menghindari kerja fisik yang berat
·      Memilhara batas aman pada system absorbent

7.    PENYAKIT AKIBAT KERACUNAN  NITROGEN
a.    Pengertian :
Narkosis disebabkan oleh kenaikan tekanan parsial dari gas yang inaktif dalam metabolisme yakni nitrogen. Narkosis terjadi beberapa menit setelah mencapai kedalaman tertentu. Dikatakan lebih cepat terjadi dengan kompressi yang cepat.  Berlaku hukum Henry.

b.    Pekerja berisiko :
·         Peselam menggunakan kompresor konvensional : peselam mutiara, peselam biota laut, peselam moroami, pekerja pasang bubu
·         Peselam menggunakan human kompresor (professional): pemasang pipa/kabel bawah air, peselam militer, pekerja di hiperbarik chamber
·         Tidak menggunakan kompresor: pekerja  tambang batubara, pekerja pembuatan terowongan bawah tanah (subway).

c.    Tanda dan gejala umum :
·                     Gejala: 
Gangguan ringan pelaksanaan tugas, euforia, mengantuk, halusinasi, konsentrasi menurun hingga hilang ingatan.

               

Gambar 20 dan 21. Halusinasi

d.    Tatalaksana
b)    Diagnosis okupasi
Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis:
1.  Diagnosis klinis
Anamnesis: riwayat penyelaman
Pemeriksaan fisik: kesadaran menurun
Pemeriksaan penunjang           : Pemeriksaan EEG
2.  Pajanan di tempat kerja: terjadi pada kedalaman lebih dari 20 m dari permukaan air pada penyelaman basah dan kering.
3.  Evidence based: paparan tekanan tinggi menyebabkan konsentrasi Nitrogen akan meningkat.
4.  Apa pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis? lama penyelaman,  kedalaman penyelaman.
5.  Faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis? Tergantung pada kadar lemak seseorang, adanya hipoksia
6.  Pajanan bahaya potensial di luar tempat kerja: -
7.  Diagnosis okupasi: Nitrogen narkosis

a)    Penatalaksanaan :
Penurunan ambang tekanan (Ascent) dengan cara naik ke permukaan air.

b)    Pencegahan:
·      Hindari minum alkohol
·      Kenali gejala
·      Segera naik beberapa meter sampai gejala narcosis hilang/ naik ke permukaan.
·      Hindari menyelam pada kedalaman tersebut.

8.    PENYAKIT AKIBAT GIGITAN BINATANG LAUT
a.    Pengertian :
Binatang laut yang berbahaya karena gigitannya: hiu, bara kuda, eel, groper


Gambar 22. Contoh binatang laut bergigi tajam

b.    Pekerja berisiko :
·         Peselam menggunakan kompresor konvensional : peselam mutiara, peselam biota laut, peselam moroami, pekerja pasang bubu
·         Peselam menggunakan human kompresor (professional): pemasang pipa/kabel bawah air, peselam militer.
·         Peselam tahan nafas

c.    Tanda dan gejala umum :
·                     secara lokal perdarahan hebat
·                     secara umum pre shock sampai shock


d.    Tatalaksana
a)    Diagnosis
·      Anamnesis           : Riwayat penyelaman
·      Gejala                    : Sesuai lokasi gigitan
·      Pemeriksaan fisik: adanya bekas luka, tanda vital
·      Pemeriksaan penunjang:laboratorium, foto rontgen

b)    Penatalaksanaan :
·      Mengatasi shock (infus+Transfusi)
·      Analgetik sedatif
·      Operasi tergantung besar luka

c)    Pencegahan
·      Memakai pakaian pelindung warna gelap
·      jangan berenang bila ada luka
·      jangan kencing di air
·      jangan membawa ikan yang sudah ditombak
·      jangan membawa peledak di bawah air
·      bergerak pelan, tenang tanpa panik
·      berenang bergerombol
·      berenanang berpasangan mengurangi serangan 50%


9.    PENYAKIT AKIBAT SENGATAN BINATANG LAUT
a.    Pengertian :
Binatang yang berbahaya karena racunnya: ikan pari, ular laut, kalajengking, ikan sembilang, ubur-ubur, kerang lonjong, bulu babi.

               

Gambar 23. Ular laut                             Gambar 24. Ubur-ubur

b.    Pekerja berisiko :
·         Peselam menggunakan kompresor konvensional : peselam mutiara, peselam biota laut, peselam moroami, pekerja pasang bubu
·         Peselam menggunakan human kompresor (professional): pemasang pipa/kabel bawah air, peselam militer.
·         Peselam tahan nafas
c.    Faktor Risiko :Pakaian  selam tidak standar.


d.    Tanda dan gejala umum :
Nyeri s/d paralisis, preshock s/d shock

e.    Tatalaksana
a)    Diagnosis
·      Anamnesa            : Riwayat peselaman
·      Gejala                    : Sesuai lokasi sengatan
·      Pemeriksaan fisik: adanya bekas luka sengatan, tanda vital
·      Pemeriksaan penunjang:laboratorium, Radiologi

b)    Penatalaksanaan :
·      Ditidurkan dengan anggota badan yang cedera lebih tinggi dari badan dan diimobilisasi
·      Cuci dan bersihkan luka
·      Duri yang tertinggal diambil
·      Keluarkan darah dari luka bila perlu insisi
·      Berikan air panas 50 0C kurang lebih ½ s/d 1 ½ jam pada luka sampai dengan rasa sakit hilang.
·      Luka tutup dengan kasa steril
·      Memberikan analgetik
·      Antibiotik
·      Perawatan luka
c)    Pencegahan
·      Memakai pakaian pelindung
·      Jangan dekati/ kontak
·      Memakai sepatu yang keras bila berjalan di karang
·      Pakai sarung tangan
·      Seret kaki bila berjalan di lumpur

10.  HIPOTHERMIA
a.    Pengertian :
Kehilangan panas tubuh lebih besar dari panas yang dihasilkan.

b.    Pekerja berisiko :
·         Peselam menggunakan kompresor konvensional : peselam mutiara, peselam biota laut, peselam moroami, pekerja pasang bubu.
c.    Faktor Risiko :Peralatan selam tidak standar.

d.    Tanda dan gejala umum :
Gejala Lokal:
·       Diawali ujung-ujung jari tangan dan kaki dingin.
·       Kemantapan kekuatan lengan menggenggam menurun
·       Timbul rasa sakit dan baal mulai dari tangan dan kaki

Gejala Sistemik:
·       Vaso konstriksi pembuluh darah
·       Tekanan darah meningkat
·       Curah jantung meningkat
·       Berlanjut metabolic rate menurun, kardiak output menurun akhirnya kesadaran menurun.

e.    Tatalaksana
a)    Diagnosis
Anamnesis               : riwayat peselaman yang lama
Gejala                        : 
·         Diawali ujung-ujung jari tangan dan kaki terasa dingin.
·         kekuatan tangan menggenggam menurun
·         Timbul rasa sakit dan baal mulai dari tangan dan kaki

b)   Pemeriksaan fisik:
Tanda vital:
·         Kesadaran menurun
·         Nadi takhikardia
·         Tekanan darah meningkat
·         Curah jantung meningkat

Pemeriksaan motorik:
Kekuatan otot menurun

Pemeriksaan penunjang: EKG, Thorax foto, pemerikasaan laboratorium (darah dan urine)

c)    Penatalaksanaan :
·         Ganti pakaian dengan yang kering
·         Beri selimut dan minum hangat
·         Jika tidak sadar diberi infus NaCl

d)   Pencegahan            :
·         Memakai pakaian pelindung (wet suit atau dry suit)
·         Meningkatkan jaringan lemak sub kutan (Makanan bergizi)
·         Mengurangi latihan di dalam air
·         Adaptasi di dalam air



BAB III
PENUTUP


DAFTAR PUSTAKA
  1. Dinas Kesehatan Angkatan Laut, ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik, Jakarta 2000.
  2. http://wn.com/Avascular_necrosis masukkan website
  3. Edmons Carl,MB.BS, Lowry Christopher, M.B., B.S, Pennefather B.Sc(Hons), Walker Robyn, M.B., B.S, Dip.D.H.M.,Diving and Subaquatic Medicine, 4th edition, Arnold, a member of the holder headline group, Great Britain, 2002
  4. Larn Richard, Whistler Rex, Commercial Diving Manual, 3th edition, Best Publishing Company. USA,1993
  5. Gosovic Stracimir, Safe Diving Underwater Medicine and Diving Techniques, 6 th (English) edition, Best Publishing Company, United States, 1993.
  6. M.D, Yapor Y. Wesley, On-Site of Scuba Diving and Boating Emergencies, Diversification series, USA, 2002




LAMPIRAN
SEBARAN PETA PENYELAMAN DI INDONESIA
peta-indonesia









                               Sumber : Subdit. Kesehatan Matra


Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Memiliki Chamber Hiperbarik
1.    RS. Betshaida
Department Hyperbaric
Distric Tivoli no;1 kawasan iL Lago
Jl. Boulevard Gading Serpong, Serpong Tangerang
(021)54200099

  1. RS P.T . ARUN  (  ACEH  ) ???
Kompl. PT Arun NGL. Co.
Batuphat-Lhokseumawe 24353
Telepon : (0645)653165

  1. RSAL DR MIDIYATO  ( TANJUNG PINANG  -  Kepulauan Riau )
Jl. Ciptadi 1, Tanjung Pinang 29111
Telp.
(0771) 21428 Fax (0771) 25805


  1. RSAL DR MINTOHARDJO  ( JAKARTA )
Jl. Bendungan hilir no. 17 Jakarta Pusat
No telp: 021-5732221

  1. LAKESPRA (JAKARTA)
Jl. MT Haryono Kav. 46 Jakarta Selatan 12770
No Telp/ Fax : 021-7996634

  1. RS PERTAMINA CILACAP ( JAWA TENGAH )     
JL. DR.SETIA BUDI No.1, TEGALKAMULYAN
Kabupaten : CILACAP
Telepon : 0282 - 509901/509900
 Fax    : 0282-509987

  1. LAKESLA TNI AL ( SURABAYA )
Jl Gadung No.1 Surabaya 031-8404188

  1. RSU SANGLAH ( DENPASAR  -  BALI )
Jl. Diponogoro, Denpasar – Bali Kode pos 80114
Telepon : (0361)227911-227915
Fax     : 0361 - 227911

  1. RS PERTAMINA BALIKPAPAN
Jl. Sudirman No 1 Balikpapan Tlp.0542-734020

  1. RSU MAKASAR ( SULAWESI  SELATAN )??
Jl Tjulang Ujung Pandang 10 MAKASSAR
0411-873695

  1. RSU  Prof. KANDOU ( MANADO – SULUT )
Jl. Raya Tanawangko pobox 102 Malalayang Manado
Kode pos  95115
Telepon : 0431 821652

  1.  RSAL Halong Ambon:
Rumkital dr. F.X Suhardjo Lantamal IX
Halong-Ambon Maluku
            Telepon         :0911-352547

  1. KKP MATARAM
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kls II Mataram
Jl. Adi Sucipto No.13b, Rembige, Mataram Nusa Tenggara Barat,
Telepon         : 0370-6162147 

 
Ditayangkan ulang olh dr.Erick Supondha (Hyperbaric&Diving Medicine Consultant) Jakarta Indonesia, hyperbaric&diving medicine hotline 021 99070050. www.indodivinghealth.com