Selasa, 03 April 2012

PENGARUH HIPEROKSIA HIPERBARIK TERHADAP PERTUMBUHAN METHICILLIN-RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS (MRSA) PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI


PENGARUH HIPEROKSIA HIPERBARIK TERHADAP PERTUMBUHAN METHICILLIN-RESISTANT STAPHYLOCOCCUS AUREUS (MRSA) PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI

Abstrak
Latar belakang : Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri yang memiliki potensi resisten terhadap berbagai antibiotik di rumah sakit. Prevalensi MRSA di berbagai negara cenderung meningkat. Di Indonesia, dilaporkan peningkatan MRSA dari 2,5% pada tahun 1986 menjadi 9,4%  pada tahun 1993 dan meningkat 23,5% pada tahun 2006.

Survei di SMF Ilmu Bedah RSU dr Soetomo Surabaya pada bulan Januari - Agustus 2008 dilaporkan 34,92% terdeteksi MRSA dari 63 isolat Staphylococcus aureus dari infeksi luka operasi.Infeksi MRSA pada pasien, mengakibatkan morbiditas bahkan mortalitas, perawatan lebih lama serta biaya yang tinggi.

Untuk membantu proses penyembuhan, perlu diteliti kemungkinan modalitas terapi tambahan untuk mengatasi infeksi bakteri MRSA.
Terapi oksigen hiperbarik (HBOT) pada tekanan hiperoksia hiperbarik 2,4 ATA 100% O menimbulkan luapan senyawa oksigen reaktif (SOR) yang tidak dapat diatasi oleh enzimatis dalam sel organisme, sehingga memungkinkan peningkatan kematian sel. Berdasarkan efek hiperoksia hiperbarik pada sel organisme, kemungkinan juga memiliki efek toksik terhadap bakteri strain MRSA.

Tujuan :Mempelajari pengaruh hiperoksia hiperbarik 2,4 ATA 100% O terhadap pertumbuhan bakteri MRSA penyebab infeksi luka operasi secara in vitro.                        .                                          

Metode : Studi eksperimental laboratoris pada bakteri MRSA yang diperoleh dari infeksi luka operasi. Pada isolat MRSA dilakukan perlakuan dengan hiperoksia hiperbarik dosis  terapi 1 sesi,5 sesi dan 10 sesi secara in vitro dan kontrol penelitian dengan normoksia normobarik.

Hasil : Terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri MRSA secara bermakna antara sebelum perlakuan dan setelah pemberian hiperoksia hiperbarik 2,4 ATA 100% O baik pada 1 sesi, 5 sesi atau 10 sesi. Tidak terdapat perbedaan jumlah koloni kuman MRSA secara bermakna jika dibandingkan antara waktu pemberian hiperoksia hiperbarik 1 sesi, 5 sesi dan 10 sesi.   

Kesimpulan : Pemberian hiperoksia hiperbarik 2,4 ATA 100% O selama  90 menit, 450 menit dan 900 menit menghambat pertumbuhan MRSA atau menurunkan jumlah koloni (CFU/ml)  secara signifikan (p<0,05).

Oleh :
Anang Mufti Sumarsono, dr 
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I LABORATORIUM ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN 
UNIVERSITAS AIRLANGGA / RSU Dr. SOETOMO SURABAYA 2009



di tayangkan ulang oleh dr.Erick Supondha (hyperbaric&Diving medicine Consultant) Jakarta Indonesia 021 99070050 ,http//:wwwindodivinghealth.com