Rabu, 02 Juli 2014

PENATALAKSANAAN ULKUS DIABETIKUM DENGAN HIPERBARIK OKSIGEN TERAPI

PENATALAKSANAAN ULKUS DIABETIKUM DENGAN HIPERBARIK OKSIGEN TERAPI


Oleh : Resti Akmalina

Luka ulkus masih menjadi alasan nomor satu penderita diabetes untuk menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam sejumlah kasus, buruknya kendali kadar gula darah tidak hanya mengarah pada terjadinya luka, tapi juga memicu infeksi dengan konsekuensi yang lebih serius, yaitu amputasi. Kasus amputasi pada penyandang diabetes 15 kali lebih besar daripada yang tidak memiliki penyakit diabetes.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, diperkirakan angka kematian akibat adanya ulkus atau gangren pada penyandang diabetes mencapai 15%, dengan angka amputasinya mencapai 14-24%. Faktor risiko kaki diabetes dan amputasi adalah laki-laki, mengidap diabetes lebih dari 10 tahun, neuropathy perifer, kelainan struktur kaki, penyakit arteri perifer, merokok, riwayat amputasi sebelumnya, gula darah yang tidak terkontrol.
Perawatan luka ulkus membutuhkan biaya besar. Walaupun beberapa asuransi menanggungnya, namun terkadang biaya yang dikeluarkan melebihi tanggungan. Seperti misalnya rawat inap, dimana asuransi hanya menanggung 10 hari, sedangkan rata-rata pasien dengan luka ulkus harus dirawat selama 22-36 hari,  belum lagi dengan resiko amputasi, kemudian ada biaya sosial amputasi yang harus dipertimbangkan. Sebagian besar pasien gagal untuk mempertahankan hidup yang produktif karena mereka tidak bisa lagi mempertahankan pekerjaan.
Kaki diabetik terjadi akibat kendali kadar gula darah yang buruk. Kendali kadar gula darah yang buruk memicu kerusakan saraf dan pembuluh darah. Saraf yang rusak membuat penderita diabetes tidak bisa merasakan sensasi sakit, panas, atau dingin, sehingga luka di kaki menjadi semakin parah. Kondisi ini disebut dengan neuropati, yang disebabkan oleh kerusakan saraf perifer (motorik dan serabut sensoris) dan otonom. Pasien yang mengalami masalah tersebut (disfungsi saraf perifer) bisa mengalami trauma sendi, dan tanpa sadar melukai diri sendiri berulang kali. Sedangkan disfungsi saraf otonom menyebabkan keringat menurun. Kekeringan ini mengakibatkan celah dan retak pada kulit kaki sehingga memungkinkan terjadinya infeksi.
Oksigen adalah suatu gas yang merupakan unsur vital dalam proses metabolisme seluruh sel tubuh. Adanya kekurangan oksigen, dapat menyebabkan kematian jaringan dan mengancam kehidupan seseorang. Tetapi tidak banyak orang yang tahu, selain dalam proses pernafasan dan metabolisme, oksigen juga memiliki peran dalam pembentukan kolagen dan perbaikan jaringan sehingga pemberian oksigen yang tepat dapat membantu dalam proses penyembuhan luka maupun dalam proses anti penuaan.
Terapi oksigen hiperbarik (HBOT = Hyperbaric Oxygen Therapy) merupakan suatu bentuk terapi dengan cara memberikan 100% oksigen kepada pasien dalam suatu hyperbaric chamber/ ruangan hiperbarik yaitu suatu ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara atmosfir normal (1 atm atau 760 mmHg). Dalam kondisi normal, oksigen dibawa oleh sel darah merah ke seluruh tubuh. Tekanan udara yang tinggi, akan menyebabkan jumlah oksigen yang dibawa oleh sel darah merah meningkat hingga 400%.
Terapi oksigen hiperbarik memberikan manfaat fisiologis untuk pasien dengan luka ulkus antara lain: peningkatan oksigenasi pada daerah yang luka dan terancam luka, membangkitkan jaringan granulasi, membunuh organisme dan meningkatkan fagositosis. Tekanan pada terapi hiperbarik bermanfaat untuk meningkatkan penetrasi antibiotik, meningkatkan produksi kolagen fibroblast untuk mendukung angiogenesis kapiler sehingga mempercepat penyembuhan luka. Terapi oksigen hiperbarik memberikan efek bakteriostatik langsung pada mikroorganisme anaerobik.

Gambar 1. Proses Penyembuhan Luka Ulkus Diabetikum Dengan Terapi Oksigen Hiperbarik

Penelitian juga menunjukkan bahwa HBOT memangkas setengah biaya perawatan untuk luka ulkus, dan efektif mencegah amputasi. Menghindari biaya rehabilitasi dan penghematan tambahan yang dibutuhkan dalam mencegah re-amputasi atau revisi tunggul merupakan manfaat tambahan. Tindak lanjut dari pasien ini selama satu hingga enam tahun (rata-rata 30 bulan) telah menunjukkan daya tahan 92 persen. Artinya, pasien mampu berjalan tanpa lesi atau masalah lebih lanjut.



Rujukan :
Kasper, Braunwald, Fauci, Hauser, Longo, Jameson. Diabetes mellitus. Harrison’s principles of internal Medicine. 16nd ed. New York; Mc Grawn Hill; 2005 p. 2168-9.
Sudoyo AW,  Setiohady B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Kaki Diabetik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI; 2006 p.1911-15.
Heyneman CA, Liday CL. Using Hyperbaric Oxigen to Treat Diabetic Foot Ulcer. Critical Care Nurse 2002; 22; 52-8.

ditayangkan ulang oleh dr.erick supondha (hyperbaric&diving medicine consultant) dokter ahli hiperbarik dan kesehatan penyelaman jakarta indonesia 021 99070050