Rabu, 30 April 2014

Manfaat Terapi Hiperbarik

Rabu, 04 April 2012

Manfaat Terapi Hiperbarik

Alirkan Oksigen ke Otak dengan Hiperbarik
 ANAK yang menderita autis bisa hidup normal bila mendapat terapi tepat. Saat ini tersedia beberapa jenis terapi untuk anak autis. Salah satunya terapi oksigen hiperbarik.

Menurut psikiater anak Omni Medical Center Hospital, Pulo Mas, Jakarta, dr Melly Budhiman, terapi oksigen hiperbarik adalah suatu cara untuk memberikan oksigen pada tekanan udara yang lebih tinggi pada seseorang untuk memperbaiki kondisi-kondisi tertentu.

''Autisme terjadi karena adanya gangguan pada fungsi otak. Kondisi kekurangan oksigen merupakan salah satu penyebab timbulnya gangguan tersebut. Kondisi itulah yang diperbaiki dengan terapi hiperbarik,'' kata dr Melly.

Pada praktiknya, lanjutnya, orang yang menjalani terapi itu masuk tabung hiperbarik. Tabung kemudian dialiri oksigen dan tekanan udara di dalam tabung ditinggikan menjadi 1,3 atmosphere absolute.

Pada kondisi normal, oksigen yang dihirup dari udara pernapasan dibawa sel-sel darah merah menuju ke seluruh tubuh. Pada terapi hiperbarik, dengan tekanan udara tinggi, oksigen didorong masuk ke setiap sel tubuh melalui seluruh cairan tubuh, termasuk cairan plasma, getah bening, dan cairan otak.

Cairan otak tersebut, jelas dr Melly, mengelilingi otak dan sumsum tulang. Dengan demikian, setiap sel otak akan mendapat aliran oksigen lebih besar daripada dalam kondisi normal. Aliran oksigen ke sel-sel otak itulah yang dapat memperbaiki fungsi otak sehingga gejala-gejala autisme akibat kurangnya oksigen di otak bisa diperbaiki.

Lebih lanjut, dr Melly menjelaskan, sesuai dengan prinsip kerjanya, terapi oksigen hiperbarik sangat sesuai untuk penderita autisme yang memiliki indikasi kekurangan oksigen.

''Misalnya anak autis dengan riwayat semasa dalam kandungan terlilit tali pusar hingga denyut jantungnya melemah, tertahan lama di jalan lahir, lahir dengan tubuh kebiruan dan tidak langsung menangis,'' jelas dr Melly.

Melihat kondisi otak yang kekurangan oksigen, tambah dr Melly, dapat dilakukan dengan bantuan alat pindai khusus. Sayang alat itu belum ada di Indonesia dan baru ada di Singapura.

''Dengan alat tersebut bisa kelihatan, otak yang kekurangan oksigen terlihat pucat,'' ujar dr Melly lagi.

Biasanya, terapi oksigen hiperbarik dilakukan berulang secara rutin. Lama terapi pada setiap sesi biasanya sekitar 1 jam. Namun, sebelum menjalani terapi ini, kata dr Melly, penderita autis harus menjalani pemeriksaan awal terlebih dulu.

''Sejauh ini, banyak orang tua pasien yang cukup puas dengan perbaikan yang dialami anaknya setelah mendapat terapi ini.''

Selain memperbaiki fungsi otak, secara umum ekstra oksigen yang didapat dari terapi oksigen hiperbarik juga berguna untuk meningkatkan kemampuan sel darah putih untuk melawan infeksi, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, membentuk pembuluh darah kapiler baru, membunuh kuman-kuman anaerob dalam usus, dan membantu setiap organ dalam tubuh berfungsi dengan lebih baik.




Karena itulah, selain untuk penderita autisme, terapi hiperbarik juga berguna untuk pasien stroke, migrain, dan cerebral palsy atau kelumpuhan akibat otak kekurangan oksigen

Penulis : Eni Kartinah

ditayangkan ulang oleh dr.erick supondha (hyperbaric&diving medicine consultant) dokter ahli hiperbarik dan kesehatan penyelaman jakarta indonesia 021 99070050