Senin, 26 Agustus 2013

hiperbarik oksigen terapi

Oleh : dr. Salma Oktaria
                         Penerapan Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi Oksigen Hiperbarik merupakan salah satu dari terapi penunjang yang dimiliki khazanah pengetahuan ilmu kedokteran kelautan. Peran terapi oksigen hiperbarik mengambil peran penting dalam memberikan kontribusi pada pengembangan kesehatan para prajurit dikalangan militer kesatuan matra kelautan.
Kontribusi terapi penunjang ini kepada kesehatan masyarakat luas telah terbukti ampuh sebagai terapi penunjang (selain terapi obat oleh dokter) yang dapat menghindarkan pasien dari ancaman amputasi organ tubuh pada pasca bencana alam Tsunami di Aceh, atau bencana gempa di Bantul, dimana banyak orang yang terancam menjalani amputasi kaki karena tertimpa bangunan atau luka yang parah.
Disamping itu, kontribusi terapi oksigen hiperbarik telah memberikan banyak kontribusi pada berbagai bidang ilmu medis. Dewasa ini Terapi ini dapat mengobati penyakit degeneratif kronis seperti arterio sclerosis, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, ulser diabetik, serebral palsy, trauma otak, slerosis multiple dan penyembuhan luka.
Bahkan, kian populernya khasiat dan manfaat terapi ini, pemakaiannya telah semakin meluas sebagai terapi kebugaran tubuh serta untuk kecantikan sebagai terapi yang bertujuan memberikan efek tampil awet muda.

Definisi
Secara umum, terapi oksigen hiperbarik merupakan suatu metoda pengobatan dimana pasien diberikan pernapasan oksigen murni (100%) pada tekanan udara yang dua hingga tiga kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (satu atmosfer). Terapi ini merupakan terapi komplementer yang dilakukan bersama dengan terapi medis konvensional.
Sebagaimana disebutkan diatas, dalam kondisi tertentu para prajurit matra kelautan rentan akan paparan masalah kesehatan kelautan. Kondisi tubuh mereka dituntut ‘akrab’ kepada kondisi bertekanan tinggi jauh dibawah permukaan laut pada saat melakukan penyelaman.

Sejarah
Terapi oksigen hiperbarik diperkenalkan pertama kali oleh Behnke pada tahun 1930. Saat itu terapi oksigen hiperbarik hanya diberikan kepada para penyelam untuk menghilangkan gejala penyakit dekompresi (Caisson’s disease) yang timbul akibat perubahan tekanan udara saat menyelam, sehingga fasilitas terapi tersebut sebagian besar hanya dimiliki oleh beberapa rumah sakit TNI AL dan rumah sakit yang berhubungan dengan pertambangan.
Di Indonesia sendiri, terapi oksigen hiperbarik pertama kali dimanfaatkan pada tahun 1960 oleh Lakesla yang bekerjasama dengan RSAL Dr. Ramelan, Surabaya.  Hingga saat ini fasilitas tersebut merupakan yang terbesar di Indonesia. Adapun beberapa rumah sakit lain yang memiliki fasilitas terapi oksigen hiperbarik adalah:
  •                        Chamber untuk terapi oksigen hyperbaric
    RS PT Arun, Aceh
  • RSAL Dr Midiyatos, Tanjung Pinang
  • RSAL Dr Mintohardjo, Jakarta
  • RS Pertamina Cilacap
  • RS Panti Waluyo, Solo
  • Lakesla TNI AL, Surabaya
  • RSU Sanglah, Denpasar
  • RS Pertamina Balikpapan
  • RS Gunung Wenang, Manado
  • RSU Makasar
  • RSAL Halong, Ambon
  • RS Petromer, Sorong

Proses terapi
Pasien akan dimasukkan ke dalam sebuah chamber bertekanan udara dua hingga tiga kali lebih tinggi dari tekanan udara atmosfer normal sambil diberikan pernapasan oksigen murni (100%) selama satu hingga dua jam. Selama proses
            Tindakan operasi yang dilakukan didalam
                                hyper-baric chamber
terapi pasien diperbolehkan untuk membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.
Manfaat
  • Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan tubuh, bahkan pada aliran darah yang berkurang
  • Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk meningkatkan aliran darah pada sirkulasi yang berkurang
  • Mampu membunuh bakteri, terutama bakteri anaerob seperti Closteridium perfingens (penyebab penyakit gas gangren)
  • Mampu menghentikan aktivitas bakteri (bakteriostatik) antara lain bakteri E. coli dan Pseudomonas sp. yang umumnya ditemukan pada luka-luka mengganas.
  • Mampu menghambat produksi racun alfa toksin.
  • Meningkatkan viabilitas sel atau kemampuan sel untuk bertahan hidup.
  • Menurunkan waktu paruh karboksihemoglobin dari 5 jam menjadi 20 menit pada penyakit keracunan gas CO
  • Dapat mempercepat proses penyembuhan pada pengobatan medis konvensional
  • Meningkatkan produksi antioksidan tubuh tertentu
  • Memperbaiki fungsi ereksi pada pria penderita diabetes (laporan para ahli hiperbarik di Amerika Serikat pada tahun 1960)
  • Meningkatkan sensitivitas sel terhadap radiasi
  • menahan proses penuaan dengan cara pembentukan kolagen yang menjaga elastisitas kulit
  • badan menjadi lebih segar, badan tidak mudah lelah, gairah hidup meningkat, tidur lebih enak dan pulas
Dengan berbagai mekanisme tersebut, terapi hiperbarik dapat digunakan sebagai terapi kondisi akut hingga penyakit degeneratif kronis seperti arteriosklerosis, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, ulkus diabetik, serebral palsy, trauma otak, sklerosis multiple,dsb.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menjalani terapi oksigen hiperbarik adalah:
  • Sebelum menjalani terapi, pasien akan dievaluasi untuk memastikan tidak adanya kontraindikasi dilakukannya terapi oksigen hiperbarik, seperti kanker, pneumothoraks, sedang flu atau demam, penderita sinusitis, asma, infeksi saluran pernapasan atas yang sedang akut, dan ibu hamil trimester pertama.
  • Pasien harus memberitahu obat-obatan yang sedang mereka konsumsi, mengingat terdapat obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan keracunan oksigen, misalnya obat-obatan jenis steroid, dan obat kemoterapi
  • Pasien akan dimasukkan ke dalam ruangan menyerupai kapal selam yang berukuran kecil selama 2 jam, sehingga penting sekali untuk memastikan pasien tidak memiliki fobia terhadap ruangan sempit.
  • Saat merasa tidak kuat, pasien dapat memberitahukan petugas yang ikut masuk ke dalam ruangan hiperbarik.
Komplikasi
Terkadang dalam prosesnya, dapat ditemukan komplikasi, antara lain:
    • Barotrauma, yaitu trauma pada organ tubuh (paru, di belakang gendang telinga, sinus paranasal) akibat tekanan udara yang tinggi
    • Keracunan oksigen
    • Gangguan penglihatan sementara akibat pembengkakan lensa.[]


 sumber:klikdokter.com
di tayangkan ulang oleh : dr.Erick Supondha (hyperbaric& diving medicine consultant) hiperbarik oksigen terapi >RS bethsaida , jakarta indonesia, (dokter hiperbarik/ahli hiperbarik/dokter kesehatan penyelaman)
021 99070050

Tidak ada komentar: