SERBA-SERBI TERAPI HIPERBARIK
Terapi ini bisa dijadikan terapi utama atau juga sebagai pengobatan tambahan.
Apa sih beda terapi oksigen dengan oksigen yang kita hirup setiap saat? Terapi oksigen hiperbarik adalah suatu cara pengobatan dimana pasien menghirup oksigen murni pada tekanan udara lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal. Pasien masuk atau berada dalam ruangan khusus yang disebut Recompression Chamber atau Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) selama 60 atau 90 menit. Terapi hiperbarik bisa dijadikan sebagai terapi utama (drug of choice) atau juga sebagai pengobatan tambahan.
MEKANISME TERAPI
Sebelum menjalani terapi, yang paling utama adalah pasien harus menjalani pemeriksaan, berikut di antaranya:
* Menyebutkan atau mengisi riwayat kesehatan pasien.
Hal ini penting dilakukan untuk menghindari terjadinya kontraindikasi dan komplikasi.
* Melakukan pemeriksaan foto toraks (rontgen).
Tujuannya untuk mendeteksi apakah jantung dan paru-paru dalam kondisi baik atau sebaliknya. Jika ternyata mengalami tuberkolusis, misalnya konsultasikan pada ahli paru agar diobati. Bila perlu pasien dianjurkan membeli masker sendiri untuk menghindari penularan penyakit itu pada orang lain.
Intinya pemeriksaan ini bertujuan mengetahui secara persis kondisi keseluruhan si pasien dan untuk mencari faktor penyebab penyakit. Sekali lagi, upaya tersebut dilakukan semata-mata untuk menghindari kemungkinan efek samping yang terjadi.
Namun, adakalanya saat atau setelah menjalani terapi, si kecil mengalami berbagai kendala seperti ini:
* Barotrauma telinga
Terkadang pasien sebenarnya sedang flu. Namun memaksakan diri masuk ke RUBT. Akibatnya, telinga terasa tersumbat dan lama-kelamaan terasa sakit. Tak heran kalau anak kemudian menangis. Karena itu anak yang sedang mengalami flu tak diperbolehkan mengikuti terapi ini sampai penyakitnya sembuh.
* Keracunan oksigen
Si kecil terlalu "bersemangat" menghirup oksigen sehingga mengalami keracunan oksigen. Dia merasa mual dan ingin muntah. Seperti halnya jika makan terlalu banyak, tentunya perut akan terasa enggak enak. Upaya penanganannya adalah segera membuka masker, niscaya dalam beberapa menit, rasa kurang enak itu akan hilang. Setelah itu, pergunakan lagi masker untuk melanjutkan terapi.
INDIKASI MEDIS
Ada sejumlah indikasi medis yang dapat dirujuk untuk mendapatkan perawatan hiperbarik, yaitu:
* Autis
Anak yang mengalami autis dapat menjalani terapi hiperbarik. Tentunya bukan sebagai terapi utama, melainkan terapi tambahan. Seperti diketahui, anak autis cenderung memiliki imunitas tubuh yang menurun. Lantaran itu, faktor alergi dan terkena infeksi cukup tinggi. Nah, terapi hiperbarik dapat mengurangi gangguan alergi yang dialami. Selain itu, terapi ini dapat membantu mengatasi gangguan metabolisme otaknya menuju perkembangan yang lebih baik. Memang tetap harus dilakukan juga terapi-terapi lain dan dengan ditambah terapi hiperbarik hasilnya akan menjadi lebih baik. Namun perlu diingat, hasil yang didapat anak autis tentu akan berbeda satu dengan lainnya.
* Cerebral palsy (CP)
Dalam hal ini, terapi hiperbarik juga sebagai pengobatan tambahan. Kelumpuhan atau kekakuan yang biasanya dialami anak dengan kondisi CP secara berangsur-angsur dapat dihilangkan melalui terapi hiperbarik. Demikian pula dengan gangguan kejang, setidaknya dapat diminimalkan. Jadi memang terapi hiperbarik dapat membantu mempercepat proses pemulihan.
* Cedera atau trauma kepala
Pada kasus anak terkena benturan dan sebagainya, dapat dibantu penyembuhannya melalui terapi hiperbarik. Membantu menghindari terjadinya penyumbatan aliran darah di kepala sehingga mengurangi risiko dampak yang lebih parah.
* Patah tulang
Untuk kondisi patah tulang, terapi hiperbarik membantu mempercepat pemulihan. Dapat pula merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru.
* Luka bakar
Dengan terapi hiperbarik, luka yang terjadi pun jadi cepat sembuh. Pertumbuhan jaringan kulit akan mudah terbentuk. Pembuluh darah yang rusak akan terbentuk kembali. Udara bertekanan tinggi yang dipergunakan pada terapi hiperbarik, bisa mempercepat regenerasi sel-sel tubuh.
KOMPLIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Sekali lagi, tak semua anak boleh mendapatkan terapi hiperbarik. Terutama bagi mereka yang kondisi kesehatannya sedang buruk. Perlu disadari bahwa penggunaan terapi hiperbarik dapat menyebabkan komplikasi dan kontraindikasi. Dengan kata lain, terapi hiperbarik, seperti halnya pengobatan lain, disamping memberikan faedah juga mungkin menimbulkan komplikasi dan kontraindikasi.
1. KONTRAINDIKASI
* Kontraindikasi absolut
Yang tak boleh sama sekali menjalani terapi hiperbarik yaitu pasien dengan kondisi pneumothoraks karena dapat menimbulkan kematian.
* Kontraindikasi relatif
- Demam tinggi
Demam dapat memicu terjadinya keracunan oksigen sehingga menimbulkan kejang. Maka sebelum menjalani terapi hiperbarik, upayakan menunggu suhu badan anak turun sampai kondisinya normal.
- Infeksi Saluran Napas Atas (ISNA)
Anak dengan kondisi ISNA dikhawatirkan akan mengalami barotrauma telinga dan gangguan sinus.
- Fobia ruangan tertutup
Anak yang takut atau fobia terhadap ruangan tertutup bisa saja panik sehingga proses terapi tak berjalan dengan baik.
- Kejang
Anak yang mengalami gangguan kejang, saat menjalani terapi hiperbarik dapat saja kambuh.
- Lesi asimtomatik pada paru
Terapi hiperbarik sebaiknya tidak dilakukan jika foto rontgen dada menunjukkan ada gambaran lesi, yaitu sesuatu/massa yang tumbuh seperti tumor.
- Riwayat pernah bedah toraks/dada dan telinga
Pasien harus menjalani evaluasi menyeluruh sebelum terapi hiperbarik.
-Tumor
Konon, terapi hiperbarik dapat memicu pertumbuhan tumor lebih jauh. Hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan ahli medis.
2. KOMPLIKASI
Berikut ini beberapa komplikasi akibat terapi hiperbarik:
* Barotrauma telinga
Gangguan ini paling sering terjadi. Salah satu penyebab adalah ketidakseimbangan tekanan antara udara telinga tengah dengan udara luar pada saat terapi dilakukan.
* Sinusitis
Sinus adalah rongga-rongga fisiologis di sekitar tulang wajah. Sinusitis banyak terjadi karena ISNA. Jika hal ini terjadi, terapi hiperbarik harus ditunda. Antibiotik dan nasal decongestan bisa diberikan.
* Miopia dan katarak
Miopia atau rabun jauh merupakan komplikasi yang biasanya terjadi saat awal pengobatan hiperbarik. Sedangkan katarak merupakan komplikasi akibat pengobatan jangka panjang.
* Barotrauma Paru
Terapi hiperbarik dapat memicu terjadinya robek paru (lung rupture), emboli udara, atau pneumotorax. Tanda terjadinya robek paru yaitu nyeri dada dan sesak napas. Jika hal ini terjadi, hentikan terapi hiperbarik.
Terapi hiperbarik seperti halnya pengobatan lain sama-sama harus diberikan dengan dosis tertentu, disertai indikasi dan kontraindikasi, serta komplikasi dan lain-lain. Dengan diketahuinya hal-hal tersebut diharapkan dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan sehingga tak terjadi sesuatu yang tak diinginkan.
AWALNYA HANYA UNTUK PENYELAM
Semula terapi ini hanya digunakan untuk membantu para penyelam yang mengalami penyakit dekompresi. Jika menyelam dengan kedalaman 10 meter atau lebih maka tekanan udara semakin meningkat. Nah, seiring dengan meningkatnya tekanan udara, nitrogen akan bertambah banyak dan larut dalam pembuluh darah. Alhasil, penyelam mengalami gangguan yang disebut dekompresi.
Penyakit ini menunjukkan berbagai gejala seperti pegal, tuli, nyeri otot sendi dan tulang bahkan kelumpuhan. Inti masalahnya adalah karena gelembung-gelembung udara di dalam pembuluh darah menyumbat aliran darah ke berbagai aliran tubuh. Melalui terapi ini akhirnya banyak penyelam yang dapat diselamatkan atau disembuhkan karena larutnya gelembung nitrogen tersebut dan kadar oksigennya meningkat lagi sehingga pembuluh darah pun kembali lancar. Nah, seiring perjalanan waktu, terapi ini rupanya berguna juga untuk membantu mengobati berbagai penyakit.
sumber dari : Tabloid NAKITA
Hilman Hilmansyah. Foto: Agus/NAKITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar