Mengenal Cedera Kepala dan Peran Terapi Oksigen Hiperbarik
REP | 14 August 2013 | 13:02 Dibaca: 121 Komentar: 3 1
Gila! Itulah kata-kata pertama yang keluar jika melihat kondisi
lalu lintas di kota-kota besar saat ini. Jika kondisi lengang, kecepatan
kendaraan menggila! Jika kondisi macet, macet gila! Nah kondisi lalu
lintas yang semrawut inilah penyumbang kecelakaan yang cukup tinggi.
Dari sekian kasus kecelakaan sepeda motor, cedera kepala merupakan jenis
cedera terbanyak.
Jenis-jenis cedera kepala
Cedera kepala (awam: gegar otak)
jika dilihat dari penyebabnya dapat dikategorikan menjadi dua: trauma
benda tajam dan trauma tumpul. Trauma benda tajam sering mengakibatkan
penetrasi tulang tengkorak ke dalam ruang otak hingga ke otak itu
sendiri. Trauma tumpul memiliki dua akibat: memar kulit kepala tanpa
menyebabkan keretakan tulang tengkorak dan keretakan tulang tengkorak.
Karena jenis penyebab dan akibat
cedera kepala yang luas, penanganan cedera kepala lebih diarahkan
berdasarkan kondisi yang ditemui pada pasien diantaranya (masih banyak
parameter yang lain):
1. Tingkat kesadaran, menggunakan skala Glascow (Glascow Coma Scale)
2. Luasnya area yang terkena
Dari dua contoh parameter
diatas, dokter mengkategorikan cedera kepala dalam 3 kategori: cedera
kepala ringan, cedera kepala sedang dan cedera kepala berat.
Hal-hal yang harus anda ketahui jika menemui kasus cedera kepala dijalan
1. Setiap pergerakan badan dan kepala, usahakan leher korban dalam keadaan lurus (beri support leher)
2. Hentikan perdarahan kepala segera menggunakan balut yang sedikit ditekan
3. Jika pasien posisi sadar, jangan sekali-kali memberikan minum apalagi makan
4. Jika transportasi telah tersedia, segera bawa ke rumah sakit terdekat
Terapi oksigen hiperbarik (TOHB) dalam penanganan cedera kepala
Cedera kepala ringan (CKR)
Cedera kepala ringan
meninggalkan memar otak (kontusio) terutama korteks otak. Untuk penyebab
trauma tumpul, kontusio dapat juga terjadi di daerah kontra (seberang)
dari area benturan akibat mengikuti hukum pergerakan cairan yang berlaku
pada ruang tertutup. Kasus cedera kepala ringan harus selalu dipantau
ketat dan dijaga agar kecenderungan menjadi cedera kepala lebih berat
dapat dihindari.
Cedera Kepala Sedang s.d Berat (CKS/B)
CKS/B ditandai dengan adanya
spectrum gejala penurunan kesadaran, mual s.d muntah dan bahkan sampai
dengan koma. Monitoring yang ketat di ICU mungkin perlu dilakukan. TOHB
berperan pada fase rehabilitative CKS/B ini.
TOHB memiliki manfaat yang luas pada kasus cedera kepala; diantaranya:
1. Meningkatkan oksigenasi otak
2. Meredakan reaksi radang diotak
3. Memperbaiki mikrosirkulasi otak
4. Mengurangi edema otak melalui efek vasokonstriksi
5. Memperbaiki metabolisme otak
6. Meningkatkan permeabilitas sawar otak
7. Preservasi area otak yang terancam rusak dan mencegah kerusakan lebih lanjut
Pada kasus cedera kepala
terdapat mekanisme patologis yang mengakibatkan perburukan kondisi otak
yakni hipoksia otak. Jika telah terjadi hipoksia otak, maka respon yang
terjadi adalah pembengkakan otak, sehingga hipoksia semakin memburuk.
Pada akhirnya menimbulkan kerusakan otak sekunder.
TOHB dapat digunakan pada fase
akut CKR yang stabil dengan tersedianya alat-alat monitoring kehidupan
didalam chamber. Jika kondisi pasien tidak memungkinkan, misal adanya
muntah, penurunan kesadaran cepat TOHB sebaiknya ditunda.(atau sesuai petunjuk dokter ahli hiperbarik, semua masih dapat dilakukan walau kondisi tidak sadar)
Penelitian-penelitian mengenai
TOHB pada kasus cedera otak lebih banyak memberikan manfaat pada kondisi
sebagai berikut: 1) Tekanan diberikan pada 1,7 – 2,8 ATA (tergantung jenis alat yg dipakai), 2) Pasien
dalam keadaan sadar, 3) Tekanan dalam kepala (intracranial) normal, 4)
TOHB sebaiknya dilakukan setelah operasi pengangkatan hematom (gumpalan
darah).
sumber:kompasiana.com
di tayangkan ulang oleh : dr.Erick Supondha (hyperbaric& diving medicine consultant) hiperbarik oksigen terapi >RS bethsaida , jakarta indonesia, (dokter hiperbarik/ahli hiperbarik/dokter kesehatan penyelaman)
021 99070050