KONSULTASI DENGAN Dr. ERICK SUPONDHA (DOKTER AHLI HIPERBARIK DAN KESEHATAN PENYELAMAN)
Selasa, 24 November 2015
PENGARUH TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELLITUS DI INSTALASI KESEHATAN PENYELAMAN DAN HIPERBARIK KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II MATARAM
PENGARUH TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK TERHADAP KADAR GULA DARAH PASIEN
DIABETES MELLITUS DI INSTALASI KESEHATAN PENYELAMAN DAN HIPERBARIK
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II MATARAM
oleh :
Siti Zaetun, Lalu Bambang Kerti, Lalu Srigede
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram
Abstract: Background: Diabetes Mellitus (DM) has become a serious threat to society. In theory
hyperbaric oxygen at 2.4 ATA pressure may increase tissue sensitivity to insulin and cause hypoglycemia
in patients with diabetes mellitus where hyperbaric oxygen therapy at 2.4 ATA caused a decrease in
blood sugar levels. Objective: To identify the effect of hyperbaric oxygen therapy on blood sugar levels
of patients with Diabetes Mellitus (DM) in Diving and Hyperbaric Medical Installing Port Health Office
Class II Mataram. Methods: This study is a cross-sectional design with pre-experimental one group
pretest and post-test design in which each experimental unit was treated as well as the control group
(reflective control) with the goal of all diabetic patients undergoing hyperbaric oxygen therapy who meet
the criteria in the span of time between the months of June to August 2013
Results: Paired Sample Test Results of the analysis of the data showed the blood sugar levels of patients
before and after undergoing hyperbaric oxygen therapy has a significant difference because the
probability value is 0.001 <0.05 Conclusions: Based on the results of statistical tests concluded that no
effect of hyperbaric oxygen therapy on blood sugar levels of patients with Diabetes Mellitus (DM) in
Diving and Hyperbaric Medical Installing Port Health Office Class II Mataram.
Keywords: Hyperbaric Oxygen Therapy, Blood Sugar, Diabetes Mellitus
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit
metabolik yang kebanyakan herediter, dengan
tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria,
disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut
ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang
biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein.
Berbagai macam pengobatan akan dilakukan
untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi pun
semakin maju untuk menunjang kebutuhan
manusia akan kesehatan. Salah satu teknologi
terkini yaitu terapi oksigen hiperbarik yang
menggunakan oksigen 100% dalam ruangan
bertekanan tinggi yang ampuh untuk berbagai
penyakit.
Terapi oksigen hiperbarik adalah terapi
dimana penderita harus berada dalam suatu
ruangan bertekanan tinggi dan bernafas dengan
oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih
besar daripada udara atmosfir normal yaitu sebesar
1 ATA (Atmosfir Absolut) sama dengan 760
mmHg. Pemberian terapi oksigen tekanan tinggi
dilaksanakan di dalam chamber atau Ruang Udara
Bertekanan Tinggi (RUBT). Semula terapi ini
dikhususkan untuk penyelam yang mengalami
kelainan atau penyakit akibat penyelaman,
kemudian dikembangkan untuk terapi penyakit
klinis serta dapat meningkatkan kebugaran.
Berbagai manfaat di bidang kesehatan bisa
didapatkan dengan terapi oksigen hiperbarik ini.
Dua efek penting yang mendasar pada terapi
oksigen hiperbarik adalah efek mekanik yaitu
meningkatnya tekanan lingkungan atau ambient
yang memberikan manfaat penurunan volume
gelembung gas atau udara seperti pada penderita
dekompresi akibat kecelakaan kerja penyelaman
dan gas emboli yang terjadi pada beberapa
tindakan medis rumah sakit.
Efek peningkatan tekanan parsial oksigen
dalam darah dan jaringan yang memberikan
manfaat terapeutik bakteriostatik pada infeksi
kuman anaerob, detoksifikasi pada keracunan
karbon monoksida, sianida dan hidrogensulfida,
reoksigenisasi pada kasus iskemia akut dan kronis,
nekrosis radiasi, luka bakar, kecantikan, serta gas
ganggren.
Secara teori terapi oksigen hiperbarik pada
tekanan 2,4 ATA dapat meningkatkan sensitifitas
jaringan terhadap insulin dan menimbulkan
hipoglikemik pada penderita DM dimana terapi
HBO pada 2,4 ATA menimbulkan penurunan
kadar gula darah [6]. Teori lain juga menyebutkan
terapi oksigen hiperbarik juga dapat meningkatkan
14 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787
_____________________________________________
Volume 9, No. 2, April 2015 http://www.lpsdimataram.com
jumlah oksigen bentuk larut secara sedemikian
rupa sehingga akan lebih mudah dikonsumsi oleh
jaringan lewat difusi langsung.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh
pemberian terapi oksigen hiperbarik terhadap
kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus (DM).
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh
terapi oksigen hiperbarik terhadap kadar gula darah
pasien Diabetes Mellitus dengan cara mengukur
kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus sebelum
dan sesudah pemberian terapi oksigen hiperbarik.
METODE DAN BAHAN
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi
Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Mataram pada bulan
Juli – Agustus 2013. Penelitian ini adalah
penelitian yang bersifat cross sectional dengan
desain pre experimental one group pretest and post
test design dimana tiap unit percobaan
diperlakukan sekaligus sebagai kelompok kontrol
(Reflective control).
O1 P O2
Keterangan :
O1 : Pengukuran gula darah pertama sebelum
menjalani terapi
P : Perlakuan pada sampel berupa pemberian
terapi oksigen hiperbarik
O2 : Pengukuran gula darah ke dua setelah pasien
menjalani terapi oksigen hiperbarik
Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh
pasien DM yang menjalani terapi oksigen
hiperbarik selama bulan Juli s/d Agustus 2013.
Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan
dari total populasi yaitu jumlah pasien Diabetes
Mellitus yang menjalani terapi oksigen hiperbarik
selama bulan Juli s/d Agustus 2013. Besar sampel
dalam penelitian ini yaitu berdasarkan data terakhir
pada bulan Juni 2013 adalah sebanyak 6 orang.
Kriteria sampel terdiri dari Kriteria Inklusi
meliputi: Pasien yang mengidap penyakit Diabetes
Mellitus, Berumur diatas 30 tahun, Pasien tidak
sedang hamil, Bersedia untuk menjadi responden.
Kriteria Eklusi : Pasien berumur di bawah 30
tahun, Bukan penderita Diabetes Mellitus, Pasien
dalam keadaan hamil, Tidak bersedia untuk
menjadi responden.
Variabel Penelitian meliputi: Variabel
Independent : Terapi Oksigen Hiperbarik dan
Variabel Dependent : Kadar gula darah pasien
Diabetes Mellitus (DM)
a. Definisi Operasional
1. Terapi oksigen hiperbarik : Keadaan pasien
yang ditempatkan dalam suatu tabung
bertekanan 2,4 ATA dan menghirup oksigen
murni selama 1,5 jam; Alat ukur : Gauge
pressure; Skala Data: Nominal
2. Kadar gula darah: Kadar gula darah sewaktu
dari penderita Diabetes mellitus yang di ukur
sebelum dan sesudah melakukan terapi
oksigen hiperbarik; Alat Ukur: Accuchek;
Skala Data: Rasio.
3. Diabetes Mellitus (DM): keadaan dimana
seseorang memiliki kadar gula darah sewaktu
diatas 200 mg/dl kemudian mendatangi
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Mataram untuk melakukan terapi oksigen
hiperbarik.; Alat Ukur: Accuchek; Skala Data:
Nominal
b. Alur kerja
a. Cara Pengumpulan Data
Kadar gula darah pada pasien Diabetes
Mellitus sebelum dan sesudah menjalani terapi
oksigen hiperbarik diukur dengan menggunakan
alat pembaca gula accuchek test stick.
Persiapan pasien dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut :
- Pasien diberikan waktu istirahat sejenak
- Diukur tekanan darah pasien oleh perawat
jaga
- Diperiksa keadaan/kesehatan umum pasien
oleh dokter jaga
- Pasien diperkenalkan dengan tabel klinis
Kinwall yang memuat besar tekanan dan
waktu terapi yang akan dijalani oleh pasien
Persiapan pasien
Pemeriksaan kadar gula darah
sebelum terapi
Terapi hiperbarik
Pengambilan darah kapiler
Persiapan Alat dan Bahan
Pengambilan darah kapiler
Pengumpulan data
Pengolahan dan analisis data
Kesimpulan
Pemeriksaan kadar gula darah
setelah terapi
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 15
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 2, April 2015
Gambar 1. Tabel Klinis Kinwall
- Pasien diajari tehnik valsava yang berguna
mengatasi rasa sakit pada liang telinga pasien
saat menjalani terapi
Pengukuran kadar gula darah sebelum
menjalani terapi oksigen hiperbarik, pengukuran
ini melalui darah kapiler di ujung jari manis
dengan menggunakan alat pembaca gula darah
portable accuchek test stick dengan langkah
sebagai berikut :
- Ditempatkan alat ukur pada daerah yang datar
- Dimasukkan kode alat pada slot kode yang
terletak disamping alat
- Dimasukkan stik pemeriksaan pada slot yang
terletak dibagian tengah alat
- Ditunggu beberapa saat sampai layar berkedip
menampakkan kode stik yang kita gunakan
dan meminta tetesan sampel
- Diteteskan darah yang berasal dari jari manis
pasien di area kuning pada stik
- Ditunggu beberapa detik sampai alat
menampilkan kadar gula darah dari pasien
- Dicatat hasil pengukuran
- Alat dimatikan dengan cara mencabut stik
yang telah kita gunakan tadi.
Gambar 2. Accuchek
Terapi Oksigen Hiperbarik, setelah pasien
merasa benar-benar siap selanjutnya pasien
menjalani terapi oksigen hiperbarik dengan
menggunakan tabel klinis Kinwall dengan tekanan
2,4 ATA atau setara dengan tekanan pada
kedalaman 14 meter di bawah permukaan air laut
selama 3 X 30 menit dengan prosedur :
- Pasien dimasukkan kedalam ruang chamber
dengan bantuan perawat
- Pintu ruangan chamber ditutup rapat
- Diberikan tekanan menggunakan udara tekan
sedikit demi sedikit sambil memperhatikan
keadaan umum pasien melalui celah kaca
pada alat atau dengan berkomunikasi melalui
radio sampai tekanan mencapai 2,4 ATA pada
skala manometer tekanan yang terletak di
bagian tengah alat
- Pasien diminta untuk mulai memasang masker
dan menghirup oksigen murni selama 30
menit pertama dengan nafas yang teratur
- Pasien diminta untuk istirahat selama 5 menit
dengan melepas masker oksigen yang dipakai
dan bernafas secara teratur
- Pasien diminta untuk memasang masker dan
mulai menghirup oksigen murni untuk 30
menit ke 2 dan bernafas secara teratur
- Pasien diminta untuk istirahat ke 2 selama 5
menit dengan melepas masker oksigen yang
dipakai
- Pasien diminta untuk memasang masker dan
mulai menghirup oksigen murni untuk 30
menit ke 3 dan bernafas secara teratur
- Pasien diminta untuk melepas masker oksigen
yang dipakai untuk selanjutnya secara
perlahan-perlahan petugas mengurangi
tekanan yang ada di dalam alat sampai pintu
chamber terbuka dengan sendirinya yang
menandakan proses terapi telah selesai
Gambar 3.3 Chamber hyperbaric
Pengukuran kadar gula darah setelah
menjalani terapi oksigen hiperbarik, pengukuran
ini melalui darah kapiler di ujung jari manis
dengan menggunakan alat pembaca gula darah
portable accuchek test stick dengan langkah
sebagai berikut :
- Ditempatkan alat ukur pada daerah yang datar
- Dimasukkan kode alat pada slot kode yang
terletak disamping alat
16 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787
_____________________________________________
Volume 9, No. 2, April 2015 http://www.lpsdimataram.com
- Dimasukkan stik pemeriksaan pada slot yang
terletak dibagian tengah alat
- Ditunggu beberapa saat sampai layar berkedip
menampakkan kode stik yang kita gunakan
dan meminta tetesan sampel
- Diteteskan darah yang berasal dari jari manis
pasien di area kuning pada stik
- Ditunggu beberapa detik sampai alat
menampilkan kadar gula darah dari pasien
- Dicatat hasil pengukuran
- Alat dimatikan dengan cara mencabut stik
yang telah kita gunakan.
d. Analisis Data
Data dari hasil pemeriksaan kadar gula darah
pasien Diabetes Mellitus sebelum dan sesudah
menjalani terapi oksigen hiperbarik dianalisis
statistik menggunakan uji T-berpasangan (Paired T
test) dengan tingkat kepercayaan 95% (p α 0,05).
HASIL PENELITIAN
a. Hasil Pengukuran kadar gula darah
pasien sebelum dan setelah menjalani
proses terapi oksigen hiperbarik.
Tabel 1 Hasil Pengukuran kadar gula darah
pasien sebelum dan sesudah
menjalani proses terapi oksigen
hiperbarik
No
Kadar Gula darah pasien
Sebelum
Menjalani
proses terapi
(gr/dl)
Setelah
Menjalani
proses terapi
(gr/dl)
1 367 203
2 354 259
3 424 206
4 412 316
5 390 206
6 392 290
7 265 241
8 354 234
Total 2958 1955
Rerata 369,75 244,38
Dari data tabel diatas menunjukkan bahwa
rerata kadar gula darah pasien sebelum menjalani
proses terapi oksigen hiperbarik adalah 369,75
gr/dl dan rerata kadar gula darah pasien setelah
menjalani proses terapi oksigen hiperbarik adalah
244,38 gr/dl
b. Hasil Uji Statistik
Data hasil pemeriksaan perbedaan kadar gula
darah pasien sebelum dan setelah menjalani proses
terapi oksigen hiperbarik dilakukan analisis data
menggunakan uji statistik pada tingkat
kepercayaan 95% diperoleh hasil analisis sebagai
berikut :
c. Hasil Uji Shapiro Wilk
Hasil uji Shapiro Wilk menunjukkan data
kadar gula darah pasien sebelum menjalani proses
terapi oksigen hiperbarik dengan nilai
probabilitasnya adalah 0,177 > 0.15 yang
menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi
normal. Data kadar kadar gula darah pasien setelah
menjalani proses terapi oksigen hiperbarik dengan
nilai probabilitasnya adalah 0.271 > 0.15 yang
menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi
normal.
d. Hasil uji Paired sample Test
Hasil analisis Paired Sample Test
menunjukkan data kadar kadar gula darah pasien
sebelum dan setelah menjalani proses terapi
oksigen hiperbarik memiliki perbedaan yang
bermakna karena nilai probabilitasnya adalah
0.001 < 0.05, dengan demikian Ha yang
menyatakan ada pengaruh pemberian terapi
oksigen hiperbarik terhadap kadar gula darah
pasien Diabetes Mellitus (DM) di Instalasi
Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Mataram diterima,
yang artinya pemberian terapi oksigen hiperbarik
efektif terhadap penurunan kadar gula darah pasien
Diabetes Mellitus (DM) di Instalasi Kesehatan
Penyelaman dan Hiperbarik Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Mataram.
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian Cross
sectional dengan desain pre experimental one
group pretest and post test design dimana tiap unit
percobaan diperlakukan sekaligus sebagai
kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan
rerata kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus
(DM) sebelum menjalani proses terapi oksigen
hiperbarik adalah 369,75 mg/dl sedangkan rerata
kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus (DM)
setelah menjalani proses terapi oksigen hiperbarik
adalah 244,38 mg/dl.
Hasil penelitian ini diperiksa metode stik
dengan alat accuchek test strip dan dianalisis
dengan uji statistik menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian terapi oksigen hiperbarik mampu
menurunkan kadar gula darah pasien Diabetes
Mellitus (DM) sebesar 21,55%.
Hiperbarik oksigen (HBO) adalah suatu cara
terapi dimana penderita harus berada dalam suatu
ruangan bertekanan, dan bernafas dengan oksigen
100 % pada suasana tekanan ruangan yang lebih
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 17
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 2, April 2015
besar dari 1 ATA (Atmosfer absolute). Dasar dari
terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung
prinsip fisika. Teori Toricelli yang mendasari
terapi digunakan untuk menentukan tekanan udara
1 atm adalah 760 mmHg. Dalam tekanan udara
tersebut komposisi unsur-unsur udara yang
terkandung di dalamnya mengandung Nitrogen
(N2) 79 % dan Oksigen (O2) 21%. Dalam
pernafasan kita pun demikian. Pada terapi
hiperbarik oksigen ruangan yang disediakan
mengandung Oksigen (O2) 100%. Sedangkan
prinsip yang dianut secara fisiologis adalah bahwa
tidak adanya O2 pada tingkat seluler akan
menyebabkan gangguan kehidupan pada semua
organisme. Oksigen yang berada di sekeliling
tubuh manusia masuk ke dalam tubuh melalui cara
pertukaran gas.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit
metabolik kronis yang paling banyak diderita dan
menjadi “The Giant Killer” karena menimbulkan
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti
mata, saraf, ginjal, jantung dan pembuluh darah.
Penyakit ini ditandai dengan kadar gula yang
tinggi di dalam darah, diikuti oleh perubahan
metabolik lemak dan protein. Hal tersebut
berhubungan dengan gangguan sekresi insulin
maupun kerja insulin. Didapatkan juga kelainan
aktivitas sel-sel darah yang menghambat aliran
darah dan berakibat kerusakan bahkan kematian
jaringan tubuh.
Diabetes yang ditandai dengan peningkatan
kadar gula darah merupakan penyebab kematian
nomor 6 di Indonesia dengan proporsi kematian
5,8 persen setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi,
cedera, dan perinatal. Jumlah diabetes di Indonesia
8,4 juta penderita dan diperkirakan terus
meningkat sampai 21,3 juta orang di tahun 2030.
Gangguan kesehatan ini timbul karena tubuh
kekurangan insulin atau reseptor insulin tubuh
tidak berfungsi baik. Insulin adalah hormon yang
diproduksi sel beta di pankreas yang mengatur
metabolisme glukosa menjadi energi serta
mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen
yang disimpan pada hati dan otot. Dalam jangka
panjang, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah.
Selanjutnya akan terjadi aterosklerosis
(penyempitan pembuluh darah) yang membuat
aliran darah tidak lancar sehingga tubuh
kekurangan oksigen.
Menurut Mayor Laut (K) Titut Harnanik,
dokter dan Kepala Sub departemen Faal
Penyelaman TNI AL Armada Timur, terapi
hiperbarik oksigen (HBO) pada Penderita diabetes,
terutama tipe II (gangguan pada reseptor insulin)
mampu mempercepat kesembuhan dan mengurangi
dosis obat yang diminum penderita diabetes. Dari
hasil penelitiannya pada tahun 2008 pada 13 orang
pasien diabetes diterapi memakai oksigen 100
persen dan tekanan 2,4 atmosfir (setara kedalaman
14 meter di bawah permukaan laut) selama lima
hari berturut-turut, diberi perlakuan ini selama 2
jam, terjadi penurunan gula darah secara
signifikan. Jika biasanya tak pernah kurang dari
200 miligram per desiliter (mg/dl), kadar gula
darah mereka bisa sampai 60 mg/dl. Pada pasien
diabetes tipe I yang mengalami kerusakan pada
fungsi pankreas sehingga tak bisa menghasilkan
insulin, setelah menjalani terapi oksigen hiperbarik
beberapa waktu, pasien yang harus disuntik insulin
itu bisa lepas dari ketergantungan pada insulin dari
luar, namun pasien wajib diterapi 3-5 kali per
bulan seumur hidup guna menjamin pasokan
oksigen ke pankreas.
Menurut Suyanto Sidik, dokter spesialis
penyakit dalam dari RS TNI AL dr Mintohardjo,
terapi oksigen hiperbarik bersifat memperbaiki
jumlah oksigen di dalam tubuh. Diabetes membuat
kondisi pembuluh darah penderitanya buruk
sehingga aliran darah tak lancar. Contohnya, ada
pasien diabetes dengan luka terbuka yang tak
sembuh atau tak kunjung kering. Hal itu terjadi
karena pembuluh darah tak mendapat pasokan
oksigen sehingga tak berfungsi normal dalam
memperbaiki kerusakan sel.
Sedangkan menurut dr. Susan Manungkalit,
yang juga dokter di Pusat Hiperbarik RS TNI AL
dr Mintohardjo Jakarta mengatakan, HBO mampu
meningkatkan kandungan oksigen pada plasma
darah. Pada kondisi oksigen normal di udara bebas
(20 persen) dengan tekanan normal (1
atmosfir), jumlah oksigen pada hemoglobin 20,1
persen dan plasma darah 0,32 persen. Jika diberi
oksigen 100 persen dan tekanan normal 1
atmosfir, oksigen hemoglobin tetap 20,1 persen
dan oksigen plasma darah jadi 2,14 persen. Ketika
tekanan oksigen 100 persen dinaikkan jadi 3
atmosfir, jumlah oksigen dalam plasma darah jadi
tiga kali lipat (6,42 persen). Meningkatnya
tekanan dan volume oksigen menimbulkan
oksigenasi pada jaringan yang mengalami
kekurangan pasokan oksigen (hipoksia). Dampak
lain, terjadinya pembaruan pembuluh darah,
mendorong perkembangbiakan sel, dan
meningkatkan ”kemampuan tempur” sel darah
putih (leukosit). Pengobatan Diabetes mellitus
(DM) adalah pengobatan seumur hidup yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita, agar tetap produktif dan tidak menjadi
beban masyarakat. Terapi ini dapat memberikan
manfaat antara lain:
1. Meningkatkan sekresi insulin dan
menurunkan sekresi hormon kontra insulin.
2. Meningkatkan metabolisme aerob sehingga
menurunkan kadar gula darah.
18 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787
_____________________________________________
Volume 9, No. 2, April 2015 http://www.lpsdimataram.com
3. Menurunkan kadar HbAlc, hal ini
menunjukkan perbaikan pengolahan gula
darah penderita Diabetes mellitus (DM) untuk
jangka panjang.
4. Memperlancar aliran darah terutama didaerah
mikrosirkulasi sehingga mencegah komplikasi
pada organ tubuh vital.
5. Meningkatkan kebugaran penderita Diabetes
mellitus.
Terlepas dari semua hal diatas penelitian ini
masih memiliki kelemahan terutama pada tidak
adanya kelompok kontrol pada sampel yang
dipakai dan tidak adanya kontrol terhadap obatobatan
yang dikonsumsi oleh pasien sebelum
menjalani sesi terapi oksigen hiperbarik.
Seberapa besar pengaruh pasca sesi terapi
oksigen hiperbarik juga perlu menjadi perhatian
lebih lanjut, sehingga tidak terkesan efek terapi
oksigen hiperbarik ini hanya terasa pada saat
menjalani sesi terapi saja.
PENUTUP
a. Simpulan
Pemberian terapi oksigen hiperbarik selama
satu seri/ 5 hari berturut- turut efektif terhadap
penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes
mellitus (DM) dengan nilai p (0.000 < 0.05 ).
b. Saran
Perlu penjelasan yang lebih mendetail
mengenai tehnik valsava/ ekwalisasi pada saat
penyesuaian tekanan didalam tubuh dengan
keadaan didalam lingkungan pesawat chamber
sehingga pasien dapat lebih tenang pada saat
menjalani proses terapi.
DAFTAR RUJUKAN
Tjokroprawiro. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Surabaya. Airlangga University Press.
2007
Rijadi. Penuntun Praktikum Kimia Klinik
II, Analis Kesehatan Bandung, 2009.
Lakesla. Ilmu Kesehatan Bawah Air dan
Hiperbarik. Surabaya. Lembaga
Kesehatan Angkatan Laut. 2009.
Pennefather. Hyperbaric equipment ; Diving and
sub quatic medicine. London. Oxford
university press 2002.
Neubauer. Hyperbaric oxygen therapy. New York.
Avery Publishing Group Inc. 1998.
Langganan:
Postingan (Atom)